Makna Nama 'Pagar Nusa' Nahdlatul Ulama: Memulihkan Kejayaan Pencak Silat di Pesantren

photo author
- Selasa, 2 Januari 2024 | 14:30 WIB
 Muchamad Nabil Haroen: Pagar Nusa Komitmen Utama dalam Pemeliharaan Budaya dan Keamanan Gorontalo (Foto: Pagar Nusa)
Muchamad Nabil Haroen: Pagar Nusa Komitmen Utama dalam Pemeliharaan Budaya dan Keamanan Gorontalo (Foto: Pagar Nusa)

PurwakartaOnline.com - Seni bela diri pencak silat, yang pada awalnya menjadi kebanggaan dan warisan khas pesantren, perlahan tergerus dari kehidupan dan kegiatan pesantren di Indonesia. Namun, pada tanggal 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, lahir suatu lembaga yang bertekad menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia. Lembaga ini diberi nama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama, atau lebih dikenal dengan sebutan IPS-NU Pagar Nusa.

Pagar Nusa, yang secara harfiah berarti "Pagarnya NU dan bangsa," memiliki misi mulia untuk mengembalikan kejayaan ilmu bela diri pencak silat di pesantren. Terlahir dari perhatian dan keprihatinan para kiai NU melihat surutnya ilmu bela diri ini, Pagar Nusa menjadi wadah di bawah naungan NU yang khusus mengembangkan seni bela diri pencak silat.

Pencak silat, pada awalnya, bukan sekadar kegiatan fisik di pesantren. Sebagai bagian integral dari kehidupan pesantren, ilmu bela diri ini dihayati sebagai kebanggaan dan kegiatan spiritual. Pondok pesantren sebelumnya bahkan merupakan padepokan pencak silat, di mana seorang kiai tidak hanya ulama spiritual tetapi juga pendekar pencak silat.

Baca Juga: Perjalanan Keluar Nahdlatul Ulama dari Masyumi: Menggali Alasan dan Implikasinya

Namun, perlahan, surutnya ilmu bela diri ini di pesantren terjadi, ditandai dengan hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. Di samping itu, tumbuh berbagai perguruan pencak silat dengan keanekaragamannya, berdasarkan segi agama, aqidah, maupun kepercayaan. Perguruan-perguruan tersebut saling mengklaim sebagai yang terbaik dan terkuat, meninggalkan gelisah di kalangan ulama-pendekar.

Perubahan ini mencapai puncaknya ketika H. SuharbiIlah dari Surabaya menyampaikan masalah tersebut kepada K.H. Mustofa Bisri di Rembang. Bersama K.H. Agus Maksum Jauhari (Gus Maksum), mereka membentuk suatu wadah di bawah naungan NU pada 27 September 1985. Musyawarah di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, tersebut membuahkan Surat Keputusan Resmi Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat Milik NU pada 27 Rabi'uI Awwal 1406/10 Desember 1985.

Musyawarah selanjutnya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada 3 Januari 1986, menetapkan susunan Pengurus Harian Jawa Timur yang menjadi embrio Pengurus Pusat. Gus Maksum terpilih sebagai ketua umumnya. Nama organisasi disepakati menjadi Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU), dan nama "Pagar Nusa" diusulkan oleh K.H. Anas Thohir, ketua PWNU Jawa Timur, dengan inspirasi dari K.H. Mujib Ridlwan, putra dari K.H. Ridlwan Abdullah, pencipta lambang NU.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Peradaban Islam Nusantara: Visi dan Realitas Pembangunan Ajaran Ahlus Sunnah di Indonesia

Pagar Nusa bukan hanya sekadar organisasi pencak silat. Melalui lambangnya yang menggambarkan segi lima dengan bola dunia di dalamnya, dipadu dengan kalimat “Laa ghaliba illa billah” (tiada yang menang kecuali mendapat pertolongan dari Allah), serta trisula sebagai simbol pencak silat, Pagar Nusa mengusung nilai-nilai spiritual dan kebangsaan.

Pada Munas I di Pondok Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kraksaan, Probolinggo, Pagar Nusa menetapkan seragam khusus sebagai identitas organisasi. Seragam ini mencerminkan keberagaman dan keunikan setiap anggota, mulai dari atlet hingga pengurus tingkat nasional. Dengan semangat memulihkan kejayaan pencak silat di pesantren, Pagar Nusa terus berkembang dan menjadi Badan Otonom NU, menciptakan momentum baru bagi seni bela diri Indonesia.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Profil KH. Abdul Halim Majalengka

Senin, 14 April 2025 | 07:45 WIB
X