"Jika istri-istrinya juga bertani, apalagi juga petani yang terorganisir. Meskipun hanya bertani di lahan-lahan sempit, semisal pekarangan, mereka akan sadar sepenuh hati terhadap dunia pertanian. Dari rahim mereka juga akan lahir petani-petani yang tangguh di kemudian hari," lanjut Enjang Sugianto.
Baca Juga: BMKG himbau masyarakat waspadai fenomena gelombang panas!
"Petani maksud saya, bukan berarti dia macul atau ngored. Tapi pribadi-pribadi yang apapun profesinya, ia tidak akan lupa anugerah Tuhan tentang bumi yang subur ini. Jika ia seorang dewan (DPR), dia dewan yang berpihak pada bumi dan pertanian. Jika dia seorang pengusaha, dia layaknya petani, tidak tamak dan mau mengelola lingkungan dan ekosistem tetap seimbang. Jika dia ahli teknik, dia buat teknologi yang memudahkan petani," pungkas Enjang.
Sebagai penutup, dapat kita simpulkan bahwa eksistensi Kelompok Wanita Tani, dalam hal ini adalah KWT Barmulita, selain untuk mencukupi kebutuhan pangan sehat untuk keluarga mereka, kemudian untuk mendukung suami mereka yang berjuang mencari nafkah sebagai petani, KWT Barmulita juga berperan dalam regenerasi petani di Indonesia.***
Baca Juga: Mau Rp3,55 juta? Ikuti Kartu Prakerja Gelombang 28, begini caranya!
Artikel Terkait
Berani merekayasa arah hidup: Mengubah cara berfikir menjadi lebih positif dan produktif!
Mau Rp3,55 juta? Ikuti Kartu Prakerja Gelombang 28, begini caranya!
Pakistan brutal, para pria gali kubur, perkosa jenazah seorang gadis!
BMKG himbau masyarakat waspadai fenomena gelombang panas!
Inilah link download dan nonton KKN di Desa Penari UNCUT resmi
5 langkah menuju gaya hidup Slow Living!
Halal bi halal PGRI Kecamatan Kiarapedes
Orang Slow Living saat menyetir
TAK SEINDAH DI LAYAR... : Birokrat vs Orang Kampung
Bagaimana larangan ekspor bahan mentah berhasil tingkatkan investasi Indonesia di awal tahun