PURWAKARTA ONLINE - Mengulas strategi investor nilai tersembunyi yang meraih pengembalian 800 persen dalam 10 tahun hanya dengan tiga saham.
Nama seperti Jhunjhunwala atau Damani sering menghiasi media, namun di balik hingar bingar itu, ada sosok yang bekerja dalam keheningan: Ricky Kriplani, pendiri First Water Capital.
Ia dikenal sebagai investor nilai yang jarang tampil publik, namun rekam jejaknya berbicara lantang.
Dengan tiga dekade pengalaman dan portofolio super terkonsentrasi, Kriplani memegang hanya tiga saham selama hampir sepuluh tahun. Hasilnya menakjubkan, dua di antaranya tumbuh lebih dari 800 persen.
Nilai kepemilikannya kini mencapai lebih dari Rs 630 crore. Strateginya yang tenang namun konsisten sering membuatnya disejajarkan dengan Warren Buffett versi India, meski ia tetap lebih memilih bekerja tanpa sorotan.
Salah satu saham paling menonjol dalam portofolionya adalah Kama Holdings Limited. Perusahaan yang awalnya bernama SRF Polymers Limited ini merupakan induk usaha dengan bisnis turunan yang bergerak di sektor tekstil teknis, bahan kimia, film kemasan, hingga polimer industri.
Dengan kapitalisasi pasar sekitar Rs 8719 crore, perusahaan ini menjadi fondasi stabil yang terus dipertahankan Kriplani.
Pada laporan keuangan kuartal Desember 2015, Kriplani tercatat memegang 4,9 persen saham Kama Holdings. Kini ia menguasai 4,7 persen saham senilai sekitar Rs 410 crore.
Baca Juga: Gila! Galangan Kapal Kolkata Rp 3,8 Triliun yang Tiba-Tiba Jadi Kuda Hitam Pertahanan India
Ini Rahasianya yang Membuat Ricky Kriplani Bertahan Selama Satu Dekade
Jika melihat laporan keuangan, keuntungan yang dihasilkan perusahaan ini tidak selalu spektakuler. Namun Kriplani dikenal sebagai investor yang melihat lebih dalam dibanding sekadar angka permukaan.
EBITDA perusahaan tumbuh dari Rp1477 triliun pada tahun fiskal 2020 menjadi Rp2792 triliun pada tahun fiskal 2025, dengan pertumbuhan majemuk 14 persen. Untuk semester pertama tahun fiskal 2026 saja, EBITDA sudah mencapai Rp1647 triliun.
Sementara itu, laba bersih hanya tumbuh tipis, dari Rp1196 triliun pada fiskal 2020 menjadi Rp1254 triliun pada 2025. Untuk semester pertama tahun fiskal 2026, laba mencapai Rp826 triliun.
Artikel Terkait
Harga Perak Pecah! Laba Melonjak dan Peluang Investasi Menggoda Tahun Ini
Trump Perketat Izin Kerja Migran: Aturan Baru Memicu Kekhawatiran
Sinyal Pasar Bercampur! Nifty Datarnya, Keputusan RBI dan Pertemuan Modi-Putin Jadi Sorotan
CAMS Resmi Pecah Saham Hari Ini: Harga Turun Tajam Tapi Investor Tak Perlu Panik
Perpres 32/2024 Dinilai Lemah, Kolaborasi Media–Platform Digital Terancam Mandek
Desa Wajib Revisi APBDes 2025, Ini Instruksi Lengkap Pemerintah Setelah PMK 81 Resmi Terbit
PMK 81 Tahun 2025 Jadi Penyelamat, Pemerintah Pastikan Potensi Gagal Bayar Dana Desa Bisa Diatasi
Daftar BSU Online 2025: Fakta Penting, Syarat Resmi, dan Cara Agar Masuk Kandidat Penerima
8 Perceraian Artis Paling Menghebohkan di Tahun 2025 yang Bikin Publik Terpaku
Monev Dana Desa 2025 di Desa Cibeber Terhambat Hujan Deras, Cek Lapangan Ditunda