SOSMED TOXIC TAPI CANDU? Eitss baca dulu! - Pengaruh Sosial Media Menurut Para Pakar!

photo author
- Minggu, 26 November 2023 | 13:22 WIB
Nabila Aufa Salsabilla Mahasiswa STAI Riyadhul Jannah
Nabila Aufa Salsabilla Mahasiswa STAI Riyadhul Jannah

Oleh: Nabila Aufa Salsabilla, Mahasiswa STAI Riyadhul Jannah 

PurwakartaOnline.com - Menurut seorang pakar neuroekonomi yaitu Paul Zak, interaksi yang kita bangun di sosmed itu sebenarnya membuat otak kita memproduksi hormon oksitosin. Oksitosin ini sebenarnya bakal kita keluarin kalo kita lagi jatuh cinta, lagi di sayang, atau lagi pelukan sama orang. Intinya ketika kita lagi berinteraksi dengan orang lain. 

Berdasarkan penelitian, interaksi sama orang lain di twitter itu ningkatin hormon oksitosin sebanyak 13%. Dan peningkatan yang sama juga terjadi pada otak kita ketika lagi nikah. 

Nah ketika kita ngelakuin hal-hal di sosmed entah itu balas chat temen atau liat video lucu di tiktok, otak kita menganggap kalau interaksi yang kita lakukan itu real serupa dengan interaksi kita terhadap orang-orang yang kita peduliin di dunia nyata. 

Baca Juga: Semangat Hari Guru: Mengenang Dedikasi dan Pengabdian Guru untuk Indonesia

Ketika hormon ini meningkat, kita bakal ngerasain hal positif seperti emphaty, love, atau trust. Interaksi yang dibangun juga bikin kadar stress kita menurun.

Sebagai makhluk sosial kita memang butuh yang namanya koneksi dan interaksi, that’s right. Basicly relationship juga jadi kebutuhan di level satu, karna kalo kita ga punya teman, kalo keluarga engga pick up kita ga bakal bisa naik ke level selanjutnya. 

Jadi memang sosmed itu lekat banget sama kehidupan kita. Kita pengen terus maenin, kita memang pengen membuktikan diri kita disana, dan memang kita juga butuh. 

Bisa jadi di zaman sekarang kalo kita gak punya sosmed sama sekali, ya bisa jadi susah mendapatkan kerja, bisa jadi susah dapat teman. Dan mungkin ini juga yang membuat kita menganggap apa yang terjadi di dunia sosial sama dengan apa yang terjadi di dunia nyata. 

Baca Juga: Guru Bukan Babu: Menyelami Peran Guru Sebagai Arsitek Karakter

Seperti contoh ada yang bertanya-tanya kenapa temannya tidak men-story-kan padahal mereka sahabatan, ya mungkin wajar karna otak kita mempersepsikan persahabatan di dunia nyata dan sosmed adalah kedua hal yang sama.

Apakah hal ini juga yang bikin sosmed jadi toxic? Sebelum menjawab lebih jauh kita definisikan terlebih dahulu toxic itu apa. 

Kalo yang dimaksud itu kenapa interaksi di sosmed ngebuat kita merasa cemas, preesure, kena mental, bahkan mungkin beneran kena gangguan mental karena sosmed. Ya bisa jadi, karna jawabannya bukan dari oksitosi tadi. 

Perasaan-perasaan ini muncul karena kita banding-bandingin diri kita sama orang lain atau social comparison. Nah sosmed ini menjadi ruang yang bagus buat kita ngelakuin perbandingan tadi, karena orang-orang bebas posting apapun. Kita jadi punya akses buat liat kehidupan orang lain. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X