PURWAKARTA ONLINE - Kematian Dwinanda Linchia Levi di sebuah kos-hotel kawasan Gajahmungkur, Semarang, menjadi salah satu kasus paling disorot tahun ini.
Bukan hanya karena korban adalah dosen muda Untag Semarang, tetapi juga karena seorang perwira polisi, AKBP Basuki, berada di dalam kamar saat korban ditemukan meninggal.
Basuki, yang mengaku menjalin hubungan intens dengan Levi sejak 2020, langsung menjalani penempatan khusus (patsus) selama 20 hari.
Langkah itu diambil setelah gelar perkara etik menyebut ia tinggal satu rumah dengan seorang wanita tanpa ikatan pernikahan.
Baca Juga: Kematian Dosen Untag Dwinanda: Mengapa Informasi ke Kampus Terlambat 9 Jam? Ini Temuan Awal Polisi
Namun, perhatian publik justru bertambah ketika penyidik mengumumkan bahwa seluruh perangkat komunikasi Levi dan Basuki telah disita untuk pemeriksaan digital forensik.
Pemeriksaan ini dianggap sangat krusial untuk menyusun rangkaian waktu terakhir sebelum Levi meninggal.
Ditreskrimum Polda Jateng menyebut bahwa analisis pesan, panggilan, lokasi, dan aktivitas ponsel lainnya akan membantu penyidik memahami keadaan sebenarnya di kamar 210.
Pemeriksaan menyeluruh ini penting karena hanya dua orang yang berada di lokasi pada waktu kejadian: Levi dan Basuki.
Baca Juga: Dukungan Suami dan Keluarga Menentukan Kesehatan Mental Ibu Hamil, Ini Penjelasan Bidan Hilmy
Selain rekaman digital, polisi juga mengamankan obat-obatan, pakaian, seprai, dan barang pribadi dari kamar.
Semua bukti fisik itu sedang diuji secara ilmiah untuk memastikan apakah ada kaitan dengan penyebab kematian Levi.
Meski berada di kamar saat kejadian, Basuki belum ditetapkan sebagai tersangka.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menegaskan bahwa status tersangka baru bisa diberikan setelah penyidik menggelar perkara berdasarkan bukti lengkap.