PURWAKARTA ONLINE - Jejak komunikasi antara almarhum Dwinanda Linchia Levi, dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, dengan seorang perwira polisi bernama AKBP Basuki kembali disorot publik.
Sorotan ini meningkat setelah munculnya pesan peringatan dari seorang dosen senior kepada Levi, pesan yang baru terungkap setelah kematian Levi dan kini dianggap “peringatan yang datang terlambat”.
Penelusuran Purwakarta Online menemukan bahwa Levi sempat menerima nasihat agar lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan AKBP Basuki.
Isi pesan itu bersifat pribadi, namun arahnya jelas, hubungan tersebut dianggap berisiko dan perlu dikendalikan.
Pesan itu sempat tidak dipedulikan Levi. Namun setelah ia ditemukan meninggal di kamar kosnya, pesan tersebut berubah menjadi bahan pertanyaan publik, terutama terkait apa yang sebenarnya sedang Levi hadapi dalam minggu-minggu terakhir hidupnya.
Hubungan Komunikasi yang Intens, Namun Tidak Banyak Diketahui Rekan Kampus
Beberapa rekan Levi menyebut bahwa dosen administrasi bisnis itu jarang membuka masalah pribadinya.
Ia dikenal tertutup dan cenderung mengalihkan pembicaraan jika sudah menyangkut urusan personal.
Namun tangkapan layar percakapan yang beredar menunjukkan adanya komunikasi intens dengan AKBP Basuki.
Publik kemudian menghubungkan hal tersebut dengan pesan peringatan dosen senior, meski belum ada bukti bahwa keduanya terkait langsung dengan kematian Levi.
Pihak kampus sendiri menegaskan bahwa persoalan pribadi Levi berada di luar ranah institusi, dan mereka mendukung penuh proses penyelidikan resmi.
Peringatan dari Dosen Senior: Antara Kekhawatiran dan Pengalaman
Salah satu sumber menyebut bahwa dosen senior yang mengirim pesan peringatan tersebut diduga memahami dinamika hubungan dengan aparat kepolisian.
Pesan itu bukan tuduhan, melainkan kewaspadaan.