PURWAKARTA ONLINE - Di tengah isu renggangnya hubungan dengan Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, menegaskan bahwa dirinya masih berkomunikasi baik dengan Jokowi.
Isu ini mencuat setelah rencana Projo mengganti logo organisasi yang sebelumnya menampilkan wajah Jokowi, berbarengan dengan rencana Budi Arie merapat ke Partai Gerindra.
“Jangan di-framing putus hubungan, Projo ini lahir karena Pak Jokowi. Projo lahir dari semangat rakyat, dan pemimpin yang lahir dari rakyat itu bernama Joko Widodo,” ujar Budi dalam Kongres III Projo, Minggu (2/11/2025).
Ia mengaku baru saja berkomunikasi langsung dengan Jokowi.
Baca Juga: Sinopsis Film 99 Cahaya di Langit Eropa, Kisah Inspiratif Perjuangan Muslim di Tengah Budaya Sekuler
“Tadi pagi saya masih komunikasi dengan Pak Jokowi soal rencana perubahan logo. Ini bagian dari transformasi organisasi Projo,” katanya.
Pergantian logo, menurut Budi, bukan simbol perpisahan, melainkan pembaruan arah gerak organisasi.
Ia menilai Projo harus bisa menyesuaikan diri dengan tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri.
Budi juga menegaskan, dukungan Projo kini akan beralih ke pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai bagian dari kelanjutan pemerintahan Jokowi.
Baca Juga: AgenBRILink BRI Dorong Inklusi Keuangan Lewat Koperasi Desa Merah Putih di Padang Mantinggi
“Sebagai pemerintahan berkelanjutan, tentu kita harus kawal pemerintahan Prabowo-Gibran,” ucapnya.
Menariknya, Budi juga meluruskan makna nama Projo yang selama ini dianggap singkatan “Pro-Jokowi”.
“Projo itu bukan singkatan. Dalam bahasa Sanskerta artinya negeri, dalam Jawa Kawi artinya rakyat,” jelasnya.
Langkah Budi Arie itu seolah menunjukkan upaya menjaga keseimbangan, tetap hormat pada Jokowi, namun menatap ke depan bersama Prabowo.