PURWAKARTA ONLINE - Baru tiga bulan menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro sudah menuai kontroversi.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan pegawai Kementerian pada Senin (20/1/2025) menjadi bukti memanasnya situasi di internal kementerian.
Puluhan ASN mengenakan pakaian hitam dan menggunakan spanduk berwarna hitam dan putih sebagai simbol protes.
Mereka membawa spanduk bertuliskan kritik keras, salah satunya menyebut institusi negara telah berubah menjadi “perusahaan pribadi” Menteri Satryo dan istrinya.
Baca Juga: Daftar Raja Pajajaran Berdasarkan Tulisan Kuno, Mengungkap Sejarah Sunda
Sorotan juga datang dari tokoh masyarakat, Ustaz Hilmi Firdausi, yang menilai situasi ini memalukan.
“Kalau di luar negeri, menterinya pasti mundur. Di sini, entahlah,” tulis Hilmi di media sosial.
Ucapannya langsung viral dan memperkuat desakan publik agar Satryo mengambil tanggung jawab moral.
Ketua Paguyuban Pegawai Ditjen Dikti, Suwitno, menyatakan bahwa rotasi jabatan selama ini dilakukan dengan cara tidak elegan. “Pergantian jabatan itu wajar, tapi harus sesuai prosedur. Ini justru sebaliknya,” tegas Suwitno.
Sementara itu, Neni Herlina, salah satu pegawai yang menjadi korban, menuturkan kronologi kejadian yang menimpanya.
Baca Juga: Maxus MIFA 9, Mobil Listrik Mewah dengan Teknologi Canggih Dirakit di Purwakarta
Ia mengaku dipermalukan di depan rekan-rekannya oleh pimpinan tertinggi kementerian. “Tanggal 1 Desember 2024, saya dipecat melalui telepon. Tidak ada kejelasan prosedural,” ujar Neni.
Dalam konferensi pers, Satryo Soemantri membantah semua tudingan. Ia menyatakan bahwa tidak ada pemecatan, hanya rotasi atau mutasi pegawai.
Namun, langkah ini dilakukan untuk mendukung reformasi birokrasi dan efisiensi anggaran.