Di dalam video tersebut, KH Imaduddin juga menyalahkan pihak Padasuka TV yang telah menyebarkan informasi mengenai diskursus nasab Ba'alawi secara luas.
“Padasuka TV ditonton tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Yaman, Mekah, dan Malaysia. Banyak orang yang kini memerhatikan isu nasab ini melalui channel mereka,” ujarnya.
Menurutnya, popularitas Padasuka TV dalam membahas isu nasab ini mungkin membuat Rabithah Alawiyah merasa tertekan dan akhirnya meminta pembatasan tema pembahasan di seminar.
Nasab Ba'alawi yang Diperdebatkan
KH Imaduddin menyatakan bahwa berdasarkan penelitian mendalam yang dilakukannya, nasab Ba'alawi tidak memiliki dasar yang kuat dalam kitab-kitab sejarah dan nasab kuno.
Menurutnya, nasab tersebut baru muncul pada abad ke-9 dan memiliki banyak celah dalam pembuktiannya.
Baca Juga: Diskusi Panas Bahas Nasab Baalawi di UIN Semarang Gagal Digelar, Mabes Polri Turun Tangan
Ia mengungkapkan, “Tidak ada kitab nasab dari abad ke-4 hingga ke-9 yang menyebutkan leluhur mereka sebagai keturunan Nabi.”
Salah satu poin yang diangkat KH Imaduddin adalah tidak adanya nama-nama leluhur Ba'alawi, seperti Faqih Muqaddam, dalam manuskrip-manuskrip sejarah yang semasa dengan periode kehidupan mereka.
Menurutnya, hal ini menjadi bukti kuat bahwa nasab Ba'alawi adalah hasil rekayasa yang dibuat pada masa-masa berikutnya.
Dugaan Pemalsuan Nasab
Selain itu, KH Imaduddin juga menyinggung hasil tes DNA yang dilakukan pada 180 sampel keluarga Ba'alawi, yang menunjukkan bahwa mereka bukan keturunan Nabi Muhammad SAW.
Menurutnya, hasil DNA menunjukkan bahwa haplogroup mereka bukan J1, yang secara umum diasosiasikan dengan garis keturunan Arab dan Nabi Muhammad.
KH Imaduddin dengan tegas menyatakan, “Nasab Ba'alawi telah dipabrikasi pada abad ke-9. Dalil-dalil yang mereka sampaikan tidak akan mampu menjawab tesis saya.”
Baca Juga: Habib Syech Klaim Hak Cipta Mars Syubanul Wathon, Keluarga Besar KH Wahab Chasbullah Bereaksi