Meme Ciuman Prabowo-Jokowi: Satire Politik atau Jerat Pidana?

PURAKARTA ONLINE - Belakangan ini media sosial dihebohkan oleh beredarnya meme yang menggambarkan Prabowo Subianto dan Joko Widodo sedang berciuman.

Meme tersebut langsung menjadi viral, memicu berbagai reaksi—dari gelak tawa hingga kecaman keras.

Tapi muncul satu pertanyaan penting: apakah ini hanya bentuk satire politik atau bisa menjerat pembuatnya ke ranah pidana?

Satire Politik: Tradisi Lama di Era Digital

Satire politik bukan hal baru. Dalam sejarah, seni dan humor sering digunakan sebagai alat kritik terhadap kekuasaan.

Meme adalah bentuk kontemporer dari satire tersebut. Gambar ciuman Prabowo-Jokowi bisa dilihat sebagai simbolisasi kedekatan politik yang kontroversial, terutama setelah rivalitas panjang keduanya di panggung pemilu.

Baca Juga: Viral Video Bidan Rita Link Terabox! Ekspresi dan Gaya Joget yang Menggoda, Netizen: Bikin Candu?

Namun, apakah kebebasan berekspresi di media sosial memberikan ruang tanpa batas untuk kritik politik?

Batas Tipis antara Humor dan Pelanggaran

Indonesia memang menjamin kebebasan berpendapat, tetapi ada rambu-rambu hukum yang tak bisa diabaikan.

Beberapa pasal dalam UU ITE dan KUHP bisa saja menjerat kreator meme jika dianggap melanggar norma kesusilaan, menyebarkan konten hoaks, atau mencemarkan nama baik.

Apalagi jika meme tersebut dianggap menjatuhkan martabat tokoh negara atau menimbulkan kegaduhan publik. Ini menjadikan wilayah satire politik sangat abu-abu secara hukum.

Reaksi Publik dan Para Ahli Hukum

Warganet terbagi dua. Sebagian menganggap meme itu lucu dan kritis, sebagian lainnya menganggapnya tidak etis.