Banyak penonton yang merasa relate, terutama perempuan muda yang pernah merasa terjebak dalam hubungan yang mereka tahu tak sehat, namun “masuk akal” secara logika finansial.
Baca Juga: Sinema Berani: Film Sugar Daddy Tantang Pakem Romansa Konvensional
Film ini mengajak penonton berhenti menghakimi, dan mulai memahami bahwa tidak semua pilihan adalah hasil kehendak bebas. Kadang, itu hanya soal bertahan hidup.
Sugar Daddy adalah film yang membuka ruang refleksi. Ia menyuarakan realita perempuan yang kerap terjebak dalam relasi transaksional tanpa pilihan lain.
Film ini tak hanya menyentuh, tapi juga menyadarkan kita bahwa cinta yang sejati seharusnya tak pernah punya harga.***
Artikel Terkait
Om Zein vs Verrell Bramasta Soal Barak Militer: Siswa Nakal, Siapa yang Paling Peduli?
Om Zein Balas Verrel Bramasta Soal Barak Militer, Siswa Nakal Butuh Kedisiplinan ala KDM
Update Harga Sayuran di Pasar Induk Cibitung Hari Ini, 13 Mei: Cabai Stabil, Bawang Naik
Gempa Magnitudo 2,9 Guncang Purwakarta Dini Hari, Ini Titik Lokasinya
Sugar Daddy: Potret Gaya Hidup Urban yang Terselip dalam Layar Lebar
Lebih dari Sekadar Hubungan Transaksional, Film Sugar Daddy Bongkar Realita Sosial Milenial
Toxic, Manis, atau Transaksional? Film Sugar Daddy Mengajakmu Berpikir Ulang
Sugar Daddy: Gebrakan Baru Perfilman Indonesia yang Tak Takut Bicara Tabu
Sinema Berani: Film Sugar Daddy Tantang Pakem Romansa Konvensional
Sugar Daddy: Film yang Diam-Diam Menggugat Ketimpangan Gender?