Peringatan BMKG Soal Megathrust: Ancaman Besar Setelah Gempa Nankai Jepang, Selat Sunda dan Mentawai-Siberut Jadi Sorotan

photo author
- Jumat, 16 Agustus 2024 | 11:25 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi megathrust
Ilustrasi Gempa Bumi megathrust

 

PURWAKARTA ONLINE - Baru-baru ini, perhatian dunia kembali tertuju pada ancaman gempa megathrust, terutama setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,1 mengguncang Nankai, Jepang, pada 8 Agustus 2024.

Insiden ini memicu kekhawatiran global akan potensi gempa serupa di berbagai zona megathrust di dunia, termasuk di Indonesia.

Peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia semakin mencuat seiring dengan diskusi yang berkembang mengenai ancaman ini, khususnya di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang menjadi sorotan.

Zona megathrust adalah pertemuan dua lempeng tektonik yang terlibat dalam proses subduksi, di mana satu lempeng bergerak ke bawah lempeng lainnya.

Baca Juga: Megathrust: Ancaman Besar yang Mengintai Indonesia dan Potensi Tsunami Mematikan

Fenomena ini biasanya terjadi di bawah laut dan memiliki potensi memicu gempa berkekuatan besar serta tsunami dahsyat yang bisa menimbulkan kehancuran masif.

Fenomena ini bukanlah hal baru, namun perhatian terhadapnya kembali meningkat setelah gempa di Nankai, Jepang.

Di Indonesia, beberapa zona megathrust yang dikenal adalah Subduksi Sunda (meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba), Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, dan Subduksi Utara Papua.

Menurut para ahli, potensi gempa di zona-zona ini dapat mencapai lebih dari M8,7, sebuah skenario terburuk yang bisa berdampak luas.

Baca Juga: Ancaman Nyata yang Harus Diwaspadai, Potensi Besar Gempa Megathrust di Indonesia

Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, mengungkapkan bahwa wilayah Seismic Gap Megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut menjadi perhatian khusus.

Kedua wilayah ini telah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar, sehingga potensi terjadinya gempa sangat mungkin.

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," ucap Daryono.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X