Polemik Nasab Ba'alawi, Rhoma Irama Bantah Habib Rizieq Shihab: Wallahi, Saya Tidak Menerima Kartu Anggota PWI!

photo author
- Minggu, 11 Agustus 2024 | 15:44 WIB
Rhoma Irama bentangkan bendera Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) (Podcast Bisikan Rhoma)
Rhoma Irama bentangkan bendera Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) (Podcast Bisikan Rhoma)

Ia mengundang Habib Rizieq untuk hadir dalam podcastnya dengan membawa simbol-simbol dari FPI dan Rabithah Alawiyah agar perbincangan bisa lebih netral dan berimbang.

"Datang aja Bib! Bawa tuh jaket FPI ame Rabithah Alawiyah, (nanti) Ane pake, ok?!" ajak Rhoma.

Rhoma Irama juga menyatakan komitmennya untuk menghadirkan pihak-pihak yang kompeten dari kedua belah pihak, baik yang pro maupun yang kontra terhadap Tesis Kyai Imad (KH Imaduddin), yang menjadi pemicu utama polemik ini.

"Sementara ini yang diundang dan bersedia hadir baru pihak-pihak yang pro terhadap Tesis Kyai Imad," ujarnya.

Latar Belakang Polemik Nasab Ba'alawi

Polemik Nasab Ba'alawi bermula dari penelitian yang dilakukan oleh Kyai Imaduddin al-Bantani, yang menyatakan bahwa nasab keturunan nabi di Indonesia tidak tersambung kepada Nabi Muhammad.

Baca Juga: Pemuda 36 Tahun Penculik Soekarno dan Hatta, Dimakamkan di Kalibata Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Penelitian ini menuai kontroversi dan penolakan dari berbagai kalangan, termasuk dari tokoh-tokoh besar seperti Rumail Abbas, yang secara artikulatif membantah temuan tersebut.

Perdebatan ini terus bergulir dan telah menjadi topik hangat di berbagai kalangan, termasuk media nasional seperti Majalah Tempo yang menjadikannya sebagai liputan khusus.

Meskipun perdebatan ini terlihat produktif dengan saling sanggah antar tokoh, di sisi lain, keberadaan para penggemar dari kedua belah pihak seringkali memperkeruh suasana dengan sikap fanatisme yang mengesampingkan semangat ilmiah.

Refleksi dari Polemik Nasab Ba'alawi

Polemik Nasab Ba'alawi menunjukkan bagaimana perbedaan pandangan, yang seharusnya menjadi ruang diskusi ilmiah, malah seringkali berubah menjadi ajang saling serang di media sosial.

Penggemar dari kedua belah pihak seringkali terjebak dalam sikap fanatisme yang tidak memberi ruang untuk perbedaan pendapat atau kemungkinan kesalahan.

Baca Juga: Kemerdekaan Bangsa Indonesia Diproklamasikan oleh Dua Orang Wartawan!

Padahal, dalam dunia ilmiah, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dan harus dihormati.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X