Jawabannya: Ia nyata sebagai tokoh sejarah dan nyata sebagai simbol budaya.
Namun, ia juga tumbuh sebagai legenda, ditempa oleh tradisi lisan, mitos, dan spiritualitas masyarakat Sunda.
Para akademisi menyimpulkan:
- Ada tokoh historis bernama Sri Baduga Maharaja, raja besar Pajajaran.
- Nama Siliwangi adalah gelar, lahir dari penghormatan rakyat.
- Legenda yang melekat padanya adalah ekspresi budaya, bukan rekayasa sejarah.
- Praktik tapa dan penyucian diri menunjukkan laku spiritual yang dalam dan selaras dengan nilai Islam.
- Sosoknya menjadi jembatan harmoni antara budaya Sunda dan proses Islamisasi Tatar Sunda.
Dengan kata lain, Prabu Siliwangi adalah nyata dalam sejarah, hidup dalam mitos, dan kekal dalam ingatan kolektif.
Baca Juga: Kasus Anak Disabilitas Dihakimi Massa di Karawang Picu Gelombang Kecaman
Siliwangi adalah contoh sempurna bagaimana sejarah, budaya, dan spiritualitas dapat menyatu. Ia tidak hanya dipuja sebagai raja besar Pajajaran, tetapi dihormati sebagai simbol kebijaksanaan, toleransi, dan pencarian kebenaran.
Di tengah dunia yang sering memisahkan hitam-putih, Siliwangi justru mengajarkan bahwa kebenaran bisa datang dari perpaduan: antara adat, Islam, dan perjalanan batin.
Dan mungkin, di sanalah letak “kenyataan” Prabu Siliwangi yang sesungguhnya.***