PURWAKARTA ONLINE – Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) seringkali dicap negatif. Mulai dari isu pelecehan, konflik sosial, hingga ketidakhormatan terhadap budaya lokal—semuanya sempat membuat KKN dianggap meresahkan.
Namun, stigma itu berbalik 180 derajat ketika kita melihat langsung aksi Mahasiswa Kelompok 5 KKN STAI Al-Badar Cipulus di Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta.
Mereka hadir bukan sekadar menyelesaikan tugas kampus, tapi benar-benar menyatu dengan masyarakat. Aktif sejak hari pertama, mereka berbaur dengan para tokoh masyarakat, pemuda, petani, hingga pengelola desa wisata.
“Kami ingin masyarakat merasakan manfaat langsung dari keberadaan kami,” ujar Baharudin Alfauzi, Ketua Kelompok 5 KKN STAI Al-Badar Cipulus, kepada tim PURWAKARTA ONLINE.
Turun Langsung ke Lapangan, Tanpa Sekat!
Mahasiswa KKN ini tak segan ikut kerja bakti, gotong royong, hingga diskusi bersama pemuda desa dalam merancang kegiatan Agustusan. Mereka hadir bukan sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari warga.
Adaptasi budaya? Mereka sukses. Mampu menempatkan diri, peka terhadap adat istiadat, dan tetap membawa nilai-nilai akademik untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Dosen pembimbing mereka, Aslikhah Fardiana, M.Pd., pun menunjukkan dedikasi luar biasa. Dosen cantik ini mendampingi sejak awal penempatan lokasi, aktif mengunjungi mahasiswa setiap minggu, dan memberikan bimbingan berkelanjutan sepanjang masa KKN.
Pelatihan Public Speaking untuk Desa Wisata
Salah satu program unggulan KKN ini adalah pelatihan Public Speaking untuk pemilik homestay di Kampung Parakanceuri—lokasi yang kini tengah dikembangkan sebagai Desa Wisata andalan Pusakamulya.
Diselenggarakan pada Senin, 14 Juli 2025, pelatihan ini diikuti oleh 21 peserta, difokuskan untuk meningkatkan komunikasi warga dengan wisatawan.
Jaelani Husni, M.Hum., dosen STAI Al-Badar sekaligus Direktur BUMDes Kasomalang, tampil sebagai pemateri. Materi meliputi teknik komunikasi efektif, pemahaman produk wisata, dan strategi penyampaian informasi kepada pengunjung.