Pada masa kolonial, budaya menulis mengalami modernisasi dengan masuknya huruf Latin. Surat kabar dan majalah mulai diterbitkan, salah satunya Medan Prijaji oleh Tirto Adhi Soerjo.
Lembaga Balai Pustaka juga menerbitkan karya sastra terkenal seperti Sitti Nurbaya dan Salah Asuhan. Tulisan menjadi sarana perlawanan dan kebangkitan nasional.
5. Masa Kemerdekaan
Setelah 1945, karya sastra semakin berkembang. Penulis seperti Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, dan Hamka melahirkan karya besar yang berisi semangat perjuangan, kritik sosial, serta ajaran moral dan kebangsaan.
6. Era Digital
Di era modern, budaya menulis semakin mudah diakses melalui media digital. Blog, media sosial, e-book, dan platform daring seperti Wattpad membuat generasi muda lebih aktif menulis dan membaca.
Menulis kini tidak hanya sekadar mendokumentasikan pengetahuan, tetapi juga menjadi sarana ekspresi diri, komunikasi, hingga profesi.
Jadi, Perkembangan budaya menulis di Indonesia telah melalui perjalanan panjang, dimulai dari tradisi lisan, aksara kuno, pengaruh Islam, kolonial Belanda, hingga masa kemerdekaan.
Kini, di era digital, menulis semakin mudah dilakukan oleh siapa saja dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat.
Dengan menulis, bangsa Indonesia mampu melestarikan identitas, memperkaya pengetahuan, dan mengekspresikan kreativitas tanpa batas.***
Artikel Terkait
Gangguan yang Terjadi Pada Teknologi Selama Demonstrasi di Jakarta
Dampak Globalisasi Pada Struktur Sosial Masyarakat
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Mengetahui Arti dari Lambang Jawa Barat (Gemah Ripah Repeh Rapih)
Gaya Hidup Halal
Perkembangan Teknologi Cerita bergambar
Peran Bisnis Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup
Pentingnya Informasi dalam Bahasa Indonesia pada Produk Barang dan Jasa
Komunikasi Digital yang Efektif dalam Dakwah Islam
Bursa Transfer Persib Bandung Musim 2025/2026