Petani teh di Eropa dan India

photo author
- Minggu, 5 Juni 2022 | 23:45 WIB
Kristina Mehlik, petani teh Eropa (Foto: Youtube DW)
Kristina Mehlik, petani teh Eropa (Foto: Youtube DW)

Purwakarta Online - Tentu ada banyak petani teh di Purwakarta, dengan budidaya dan budaya pengolahan yang turun-temurun diadopsi dari generasi ke generasi.

Dalam era digital ini, kita tentu tergelitik untuk mengintip bagaimana petani teh di belahan bumi yang jauh di sana, seperti di Eropa atau di benua Amerika.

Kemudian yang bisa kita temukan adalah pertanian teh di Eropa timur, di Negara Georgia. Sebuah negara bekas runtuhan Uni Soviet.

Sebuah laporan dari kanal terkemuka Jerman, Deutsche Welle (DW), tentang tren baru pertanian organik di Georgia dan di Assam, India.

Baca Juga: Jangan obral cerita jika kamu bermimpi jenis ini, atau kamu akan celaka!

Minuman tradisional teh

Setelah air putih, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Bagaimana tren terbaru minuman tradisional ini?

Pertanian teh yang berkelanjutan, diproduksi tanpa menggunakan pestisida, dengan cara yang aman terhadap keberlangsungan ekosistem.

Di Georgia, Balts Tomas Kaziliunas dan Hannes Saarpuu mengatakan sebelum jatuhnya Tirai Besi (Uni Soviet), Georgia memasok teh ke seluruh Eropa Timur. Iklim di negara itu sangat ideal untuk budidaya teh.

Tomas dan Hannes pergi ke Georgia dan tinggal di sana. Mereka menyewa perkebunan teh yang ternyata telah ditumbuhi terlalu banyak ilalang.

Baca Juga: Download film 365 days season 2 sub indo

Karena perkebunan teh tersebut telah ditinggalkan selama 30 tahun, karena produksi teh Georgia runtuh bersama dengan Uni Soviet. Sekarang, kedua petualang itu sedang membangun perkebunan teh ekologis.

Aron Murro, Sven Bock dan Leon Franken yang juga merupakan pecinta teh. Mereka telah bekerja sama dengan start-up "KarmaKollektiv." Para pengusaha muda yang ingin memproduksi teh dan minuman teh secara berkelanjutan dan sesehat mungkin.

Ide mereka disambut dingin karena produk mereka diragukan akan mendapatkan pasar. Secara garis besar, bisnis mereka tidak mendapatkan antusiasme dari investor.

"Saya sering diberi tahu bahwa itu tidak akan berhasil. Dan itu cukup memotivasi saya untuk membuatnya berhasil," kata Aron.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Dari Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X