trending

Sugar Daddy: Film yang Diam-Diam Menggugat Ketimpangan Gender?

Selasa, 13 Mei 2025 | 20:47 WIB
Derry dan Aurel Sugar Daddy Series (istimewa)

PURWAKARTA ONLINE - Di tengah maraknya film bergenre romansa dan drama sosial, Sugar Daddy hadir membawa sesuatu yang berbeda.

Di balik kisah hubungan antara pria dewasa dan perempuan muda, film ini menyelipkan kritik sosial yang tajam—terutama soal ketimpangan gender, relasi kuasa, dan bagaimana tubuh perempuan sering kali menjadi komoditas dalam sistem sosial yang timpang.

Bukan Sekadar Kisah Manis-Getir

Sekilas, film Sugar Daddy tampak seperti cerita cinta kontroversial: hubungan transaksional antara pria kaya dan gadis muda yang haus akan kebebasan finansial. 

Namun saat digali lebih dalam, film ini menyimpan lapisan-lapisan pesan yang mengganggu dan menggugah pikiran.

Baca Juga: Sinema Berani: Film Sugar Daddy Tantang Pakem Romansa Konvensional

Film ini diam-diam mengajak penonton melihat bagaimana perempuan seringkali terdorong membuat kompromi karena keterbatasan pilihan dalam masyarakat yang patriarkal.

Ketika kemewahan dijadikan pengganti rasa aman, dan cinta dijadikan alat tawar-menawar, siapakah yang sebenarnya punya kendali?

Relasi Kuasa yang Tersamar

Yang membuat Sugar Daddy begitu kuat adalah cara film ini mengangkat relasi kuasa secara subtil namun menyentuh.

Tokoh perempuan muda mungkin tampak "diuntungkan" secara materi, namun sesungguhnya mereka berada di posisi rentan—mudah dikontrol, mudah ditinggalkan, dan mudah disalahpahami.

Sementara karakter pria digambarkan sebagai sosok yang berkuasa secara finansial, namun juga tak lepas dari tekanan ekspektasi sosial dan ketakutan akan kehilangan relevansi dalam hidupnya.

Kritik Sosial yang Dibungkus Romansa

Film ini tak menyampaikan pesannya secara vulgar. Justru karena kemasan romansa dan drama inilah, kritik terhadap ketimpangan gender terasa lebih menusuk.

Halaman:

Tags

Terkini