PURWAKARTA ONLINE - Jakarta bersiap menghadapi Hari Buruh 2025 yang diprediksi tidak akan berjalan mulus!
Di tengah kabar gembira pencabutan aturan ganjil genap (gage) yang seharusnya berlaku pada Kamis, 1 Mei 2025.
Dalam hal ini sudah tercium aroma potensi konflik yang bisa mengguncang ibukota. Mengapa demikian?
Seperti yang kita ketahui, May Day adalah panggung bagi para pekerja untuk menyuarakan aspirasi. Namun, tahun ini situasinya terasa berbeda.
Baca Juga: Kisah Dedi Mulyadi, Gubernur Konten yang Viral Tanpa Iklan Mahal
Gelombang protes buruh di Semarang terkait surat edaran kontroversial pemerintah setempat yang akhirnya dicabut, bisa jadi bara api yang menjalar ke Jakarta.
Semangat perlawanan dan ketidakpuasan yang terakumulasi di berbagai daerah, berpotensi menemukan momentumnya tepat di Hari Buruh.
Keputusan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk meniadakan ganjil genap pada 1 Mei 2025, yang diumumkan melalui akun Instagram resmi mereka, awalnya disambut baik.
Dasar hukumnya jelas: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2019 secara eksplisit menyatakan bahwa pembatasan lalu lintas gage tidak berlaku pada hari libur nasional.
Baca Juga: Musker 3 PCNU Purwakarta, Ajengan Anwar Pacu Inovasi Dakwah dan Ekonomi Umat
Namun, di balik kelonggaran ini, tersimpan potensi bahaya. Bayangkan ribuan bahkan mungkin jutaan buruh dari berbagai penjuru, dengan semangat membara, tumpah ruah ke jalan-jalan utama Jakarta seperti Sudirman, Thamrin, dan Gatot Subroto.
Tanpa adanya pembatasan kendaraan, konsentrasi massa bisa menjadi tak terkendali. Insiden di Semarang menjadi pelajaran berharga.
Desakan keras dari tokoh dan pimpinan buruh di sana, yang akhirnya memaksa Pemerintah Kota Semarang mencabut surat edaran polemik, menunjukkan betapa sensitifnya isu-isu pekerja saat ini.
Energi protes yang sama, bahkan mungkin lebih besar, bisa saja meledak di Jakarta pada 1 Mei 2025.