PURWAKARTA ONLINE - Musim kemarau 2025 diperkirakan berlangsung normal.
Namun, ada wilayah yang mengalami kemarau lebih awal dan lebih lambat.
BMKG memperkirakan puncaknya terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus.
Awal musim kemarau diprediksi:
- 30% wilayah masuk musim kemarau tepat waktu.
- 29% wilayah mengalami keterlambatan.
- 22% wilayah lebih cepat dari biasanya.
Wilayah yang mengalami keterlambatan kemarau meliputi Kalimantan Selatan, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, dan Merauke.
Baca Juga: Arogansi Ajudan Jeje Govinda! Intimidasi terhadap Wartawan di KBB Hambat Kebebasan Pers
Pengaruh pada Sektor Pertanian
BMKG mengimbau petani menyesuaikan jadwal tanam. Langkah yang bisa dilakukan:
- Menanam varietas tahan kekeringan.
- Mengelola air secara optimal.
- Memanfaatkan hujan untuk sawah tadah hujan.
Wilayah dengan kemarau lebih lama harus bersiap menghadapi dampak kekeringan.
Sementara itu, daerah dengan curah hujan lebih tinggi bisa memanfaatkannya untuk perluasan lahan sawah.
Baca Juga: Prabowo Resmikan 17 Stadion Sepak Bola, Disambut Antusias Anak-anak Pesepak Bola di Sidoarjo
Bagaimana dengan Anomali Iklim?
BMKG menyebut tahun 2025 tidak didominasi oleh El Nino, La Nina, atau IOD.
Ini berarti iklim cenderung normal.
Namun, tetap ada risiko kemarau lebih kering di beberapa wilayah.
Antisipasi sejak dini diperlukan.
Pemerintah dan masyarakat harus bersiap menghadapi kemungkinan cuaca ekstrem.
Artikel Terkait
Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia