PurwakartaOnline.com - Sejarah memiliki jejak yang melingkupi zaman, merentangkan lapisan-lapisan peristiwa yang membentuk identitas suatu daerah.
Purwakarta, dengan keindahan alamnya dan warisan budayanya, menjadi latar belakang bagi perpaduan seni Sunda kuno, jejak Kerajaan Pajajaran, dan sinkretisme Islam yang tak terelakkan.
Jejak Seni Sunda Kuno: Tarian, Lagu, dan Terebang di Ciseureuh
Dalam keheningan sejarah, Purwakarta menyimpan warisan seni Sunda kuno yang membentuk identitasnya.
Salah satu perayaan kultural yang mencerminkan kekayaan seni lokal adalah "Hajat Mulud."
Meskipun sebelumnya tertutup rapat, acara ini mulai mengundang perhatian pada tahun 2005, ketika beberapa orang dari luar komunitas Wanayasa dan Kiarapedes turut diundang.
Tidak sekadar perayaan, "Hajat Mulud" membuka tirai seni Sunda kuno dengan kehadiran tarian, lagu, dan alat musik tradisional.
Salah satu daya tarik utamanya adalah terebang, yang dalam sebutan daerah Cirebon disebut gembyung.
Alat musik ini tidak hanya mengiringi syair-syair Islami berbahasa Arab, seperti petikan Kitab Barjanji, tetapi juga menjadi bagian integral dari upacara selamatan bayi.
Baca Juga: Kaesang Pangarep Dukung Debat Cawapres: Gibran Rakabuming Raka siap mengikuti debat!
Kerajaan Pajajaran: Titik Puncak Kejayaan di Purwakarta
Menggali lebih dalam, jejak Kerajaan Pajajaran menjadi bagian integral dari sejarah Purwakarta.
Pada akhir masa kejayaannya, terdapat kelompok masyarakat dari Wanayasa dan Kiarapedes yang diundang untuk berpartisipasi dalam "Hajat Mulud."
Dugaan kuat muncul bahwa mereka adalah pewaris budaya dari era Kerajaan Pajajaran.