Snouck Hurgronje, Orientalis yang Memisahkan Islam dari Politik untuk Kepentingan Kolonial Belanda dan Imperealisme

Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah kolonial untuk meminimalisir pengaruh politik Islam dan memfasilitasi penyebaran kebudayaan Barat.

Reaksi dan Kritik terhadap Snouck Hurgronje

Sejumlah tokoh mengkritik pendekatan Snouck Hurgronje.

Van Koningsveld, misalnya, menilai bahwa studi ketimuran Snouck merupakan kombinasi dari misi misionaris dan kepentingan imperialisme.

Koningsveld juga menuduh Snouck tidak tulus dalam pengakuannya sebagai Muslim, melainkan hanya menggunakan identitas tersebut sebagai alat penyamaran untuk kepentingan politik.

Baca Juga: Pemuda 36 Tahun Penculik Soekarno dan Hatta, Dimakamkan di Kalibata Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Karya dan pengaruh Snouck Hurgronje mencerminkan kompleksitas hubungan antara orientalisme dan kolonialisme.

Sebagai seorang akademisi, ia memberikan kontribusi penting dalam pemahaman Islam di Nusantara.

Namun, perannya sebagai penasihat politik juga menunjukkan betapa pengetahuan dapat digunakan untuk melayani kepentingan kolonial.

Pendekatan dan pandangan Snouck Hurgronje menggarisbawahi tantangan dalam memisahkan aspek intelektual dari agenda politik dan kekuasaan kolonial.***

Artikel ini berupaya memberikan gambaran mendalam tentang kontribusi Snouck Hurgronje terhadap kajian Islam dan kolonialisme. Pandangannya yang kompleks tentang hubungan antara agama, politik, dan sosial menunjukkan bagaimana orientalisme dapat berfungsi sebagai alat kekuasaan dalam konteks kolonial.