Prabu Siliwangi: Menguak Bahasa-Wicara dan Budaya Melalui Lensa Semiotika Barthes

photo author
- Minggu, 4 Februari 2024 | 18:10 WIB
Roland Barthes (Ist)
Roland Barthes (Ist)

PurwakartaOnline.com - Bahasa, wicara, dan budaya memiliki peran yang tak terpisahkan dalam membentuk identitas suatu masyarakat.

Analisis bahasa-wicara dan budaya Prabu Siliwangi melalui lensa semiotika Roland Barthes membuka pintu wawasan tentang kompleksitas nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Bahasa dan Wicara dalam Perspektif Barthes

Menurut Barthes, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan lembaga sosial yang mengikat individu dalam sebuah kontrak kolektif.

Namun, wicara atau tutur menjadi tindakan seleksi dan aktualisasi individual terhadap kemungkinan-kemungkinan yang disediakan oleh bahasa.

Baca Juga: Basuki Tjahaja Purnama Pamer Surat Pengunduran Diri di Instagram: Mendukung Ganjar-Mahfud dalam Politik 2024

Dalam praksis bahasa, interaksi antara bahasa dan wicara bersifat dialektis, saling memengaruhi dan membentuk satu sama lain.

Bahasa Sunda sebagai Cermin Budaya

Begitu pula dengan bahasa Sunda yang menjadi bahasa ibu bagi masyarakat Sunda.

Melalui kata Siliwangi, bahasa Sunda menghadirkan muatan budaya yang mencerminkan keindahan dan misteri.

Dalam sastra, Siliwangi menjadi simbol keindahan dengan muatan estetik dan ekstra estetik yang begitu khas.

Baca Juga: BABYMONSTER: AHYEON akan Kembali sebagai Ansambel

Unsur estetik Siliwangi terwujud dalam dominasi asonansi "i" yang membawa wirahma, irama bunyi yang menciptakan bayangan keagungan, kesucian, ketabahan, dan kepedihan yang maha dahsyat.

Sementara unsur ekstra estetik mengaitkan Siliwangi dengan konteks budaya Sunda, memandangnya sebagai tokoh kharismatik yang diliputi mitos, misteri, dan keajaiban.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X