PURWAKARTA ONLINE - Harapan besar agar DKUPP Purwakarta (KDMP) menjadi motor penggerak ekonomi rakyat desa di Purwakarta, tampaknya masih jauh dari kenyataan.
Dari 192 unit koperasi desa yang sudah terbentuk, hanya 12 yang benar-benar berjalan. Sisanya, masih mandek di atas kertas akibat kendala modal dan keterbatasan SDM.
Kepala Bidang Koperasi DKUPP Purwakarta, Lusiana Madiyasari, tak menampik situasi tersebut. “Itu pun (12 koperasi yang berjalan) masih bertahap karena hanya mengandalkan simpanan anggota,” ujarnya, Rabu (10/9/2025).
Modal, Penghalang Utama
Masalah permodalan menjadi momok utama. Sebagian besar KDMP hanya mampu menjalankan satu jenis usaha sederhana, seperti simpan-pinjam atau penjualan kebutuhan pokok (beras, elpiji, telur). Belum ada yang berkembang pesat.
Baca Juga: Misteri Kerangka Manusia dalam Pohon Aren di Sergai Masih Belum Terjawab
Meski DKUPP sudah berupaya membuka akses kemitraan dengan perusahaan besar, hasilnya masih belum signifikan.
Lusiana menuturkan, pihaknya bahkan sudah mempertemukan sekitar 30 perwakilan koperasi desa dengan BUMN seperti Bulog, Pertamina, dan Pupuk Indonesia.
Harapannya, kemitraan itu dapat memastikan suplai barang bersubsidi agar koperasi bisa berperan sebagai penyalur di tingkat desa.
Namun, kenyataan berkata lain. Tanpa modal awal yang kuat, koperasi-koperasi tersebut tidak bisa mengeksekusi peluang kerja sama dengan optimal.
Baca Juga: Kronologi Penemuan Kerangka Manusia dalam Pohon Aren di Sergai, Gegerkan Warga
Kisah Pasawahan: Bertahan dengan Modal Pribadi
Di antara puluhan koperasi yang masih stagnan, KDMP Desa Pasawahan muncul sebagai salah satu contoh paling aktif. Namun, aktivitas itu pun lebih banyak ditopang oleh modal pribadi pengurus.
Unit usaha yang dijalankan cukup beragam: mulai dari penjualan seragam sekolah, air minum dalam kemasan, layanan PPOB, hingga menjadi pemasok tahu-tempe untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Bahkan, mereka juga bekerja sama dengan PT Pos Indonesia.