Geger 'Inflasi Hijau', Nusron Wahid dari TKN Prabowo-Gibran Bantah Melecehkan Mahfud MD

photo author
- Kamis, 25 Januari 2024 | 02:03 WIB
Nusron Wahid (Antara)
Nusron Wahid (Antara)

PurwakartaOnline.com - Gibran Rakabuming Raka, cawapres nomor urut 2 dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, menjadi pusat perhatian setelah mengeluarkan gerakan mencari jawaban dari cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, dalam debat hari Minggu lalu.

Gester mencari-cari seperti orang yang kehilangan sesuatu itu dianggap sebagai gimik untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan menghindari kekakuan dalam debat.

Sekretaris TKN Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, membantah bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari strategi yang direncanakan oleh tim kampanye.

Menurutnya, hal tersebut murni spontanitas dari Gibran sendiri, yang diakui sebagai gaya guyonan komunikasi khas orang Jawa.

Baca Juga: Boy Thohir: Sepertiga Perekonomian Indonesia Dukung Prabowo Subianto

"Dalam rangka memecahkan kebekuan sehingga suasana debat tidak terlihat kaku dan monoton," ujar Nusron kepada wartawan, Selasa (23/1), sambil menambahkan bahwa Gibran sangat menghormati Mahfud MD.

Nusron menegaskan bahwa tidak ada niatan melecehkan dalam tindakan tersebut.

"Mas Gibran sangat respect sama Pak Mahfud, buktinya belum selesai debat sudah meminta maaf, dan selesai debat langsung sungkem dan cium tangan. Kalau melecehkan masak selesai debat cium tangan sih," tegasnya.

Sebelumnya, dalam debat tersebut, Gibran mencari jawaban terkait "inflasi hijau" dan menyampaikan pandangannya mengenai bahaya demo rompi kuning di Perancis.

Baca Juga: Habiburokhman Kritik AMIN ‘Playing Victim’, Gunakan Fasilitas TNI untuk Politik Praktis Lalu Buat Narasi Dizalimi

Mahfud MD menanggapi dengan menyebut pertanyaan tersebut ngawur dan tidak layak dijawab.

"Inflasi hijau" menjadi sorotan dalam debat tersebut, di mana Gibran menyebut Mahfud MD tidak memberikan jawaban yang memadai.

Gibran mendefinisikan "greenflation" sebagai bahaya yang perlu diantisipasi, sementara Mahfud MD menilai pertanyaan tersebut tidak akademis dan tidak layak dijawab.

Dalam konteks politik, episode ini menarik perhatian publik dan menjadi bahan perbincangan hangat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Febri Nugrahadi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X