Petani Purwakarta di Hari Batik Nasional, Yusup Hermawan: Mengapa malu Pakai Batik?

photo author
- Senin, 2 Oktober 2023 | 13:02 WIB
Yusup Hermawan aliasa Heri, petani muda dan staf administrasi di Perusahaan Agribisnis Zaenx Makmur di Purwakarta kenakan batik saat bekerja di pabrik teh untuk memeriahkan Hari Batik Nasional (Dok. Purwakarta Online)
Yusup Hermawan aliasa Heri, petani muda dan staf administrasi di Perusahaan Agribisnis Zaenx Makmur di Purwakarta kenakan batik saat bekerja di pabrik teh untuk memeriahkan Hari Batik Nasional (Dok. Purwakarta Online)

PurwakartaOnline.com - Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober menjadi momen istimewa bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Ini adalah hari ketika kain tradisional bernama batik menjadi pusat perhatian. Namun, perayaan ini juga memunculkan pertanyaan menarik: Mengapa sebagian orang merasa malu untuk mengenakan batik?

Salah satu petani muda yang memilih dengan bangga mengenakan batik adalah Yusup Hermawan, yang akrab disapa Heri. Heri adalah staf administrasi di Perusahaan Agribisnis Zaenx Makmur yang berbasis di Purwakarta. Hari Batik Nasional adalah kesempatan baginya untuk bersama rekan-rekan kerjanya di Pabrik Teh Zaenx Makmur mengenakan batik sebagai bagian dari perayaan.

"Mengapa malu (pakai batik)?" tanya Heri dengan tegas. Baginya, mengenakan batik bukanlah hal yang memalukan, melainkan suatu bentuk identitas budaya yang patut dibanggakan.

Baca Juga: SPESIAL Hari Batik Nasional, Petani Teh Purwakarta Gunakan Batik saat Bekerja di Kebun!

"Pakai batik lebih nyaman dipandang, karena sesuai dengan jiwa dan budaya sendiri," tambahnya. Heri menegaskan bahwa batik bukanlah pakaian khusus untuk generasi yang lebih tua. Baginya, yang penting adalah bagaimana seseorang memilih motif dan desain batik yang sesuai dengan tren dan usia mereka.

Namun, pandangan tentang batik tidak hanya berlaku di kalangan masyarakat biasa. Bahkan Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, juga turut meramaikan perayaan Hari Batik Nasional dengan mengenakan batik Parang Barong Seling Kembang. Acara "Istana Berbatik" di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, menjadi saksi dari kebanggaan Presiden dalam memakai batik.

Motif batik Parang Barong Seling Kembang Udan Riris yang dikenakan oleh Jokowi memiliki makna mendalam. Motif parang menggambarkan pemimpin yang harus tegas dalam memerangi ketidakbenaran, sementara motif Udan Riris mencerminkan kesejukan dalam kondisi yang keras. Ini adalah simbolisme yang dalam dari sebuah kain.

Baca Juga: UNIK! Pabrik Teh Zaenx Makmur Purwakarta Meriahkan Hari Batik Nasional: Sejarah dan Makna Batik Indonesia

Tidak hanya Jokowi, Ibu Negara RI, Iriana Joko Widodo, juga turut berpartisipasi dalam perayaan ini dengan mengenakan batik motif Truntum dan Parang.

Acara Istana Berbatik adalah perayaan yang tak hanya melibatkan tokoh-tokoh nasional, tetapi juga berbagai kalangan masyarakat, termasuk atlet, aktor, aktris, dan model profesional. Musik dari beberapa musisi populer tanah air, seperti Rossa, Soegi Bornean, dan band Padi, turut mengisi acara tersebut.

Selain menjadi momen perayaan, Hari Batik Nasional adalah kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk merenungkan betapa berharganya warisan budaya berupa batik. Presiden Jokowi menyatakan bahwa batik bukan hanya seni, tetapi juga warisan tak benda dunia yang harus dijaga dan dilestarikan.

Baca Juga: Hari Batik Nasional: Momen Peringatan Warisan Budaya Indonesia yang Mendunia

"Dengan Istana Berbatik malam ini yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan kebanggaan pada kekayaan seni dan budaya Indonesia serta aktif melestarikan dan mengembangkannya," ujar Jokowi.

Penghargaan dari UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi pada tahun 2009 adalah bukti keindahan dan keberhargaan batik bagi dunia. Batik bukan hanya berasal dari Jawa, tetapi juga dari daerah-daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Motif batik Indonesia yang beragam mencapai ribuan, menunjukkan keragaman budaya Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X