Kasus Keracunan MBG Bikin Geger! Purwakarta Sigap, Akademisi UGM Buka Suara Soal Akar Masalahnya

photo author
- Kamis, 9 Oktober 2025 | 11:17 WIB
Kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi sorotan. Purwakarta waspada, akademisi UGM beri peringatan soal pengawasan dan kesiapan. (Dok. ANTARA)
Kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi sorotan. Purwakarta waspada, akademisi UGM beri peringatan soal pengawasan dan kesiapan. (Dok. ANTARA)

“Datanya setiap hari masuk dari Puskesmas, kita cocokkan dengan SPPG,” kata Menkes Budi di Istana Negara, Rabu (8/10/2025).

Ia menambahkan, mekanisme publikasi data akan diatur agar transparan dan akurat. Bahkan, sistem pelaporan diusulkan meniru model saat pandemi COVID-19, dengan update rutin harian atau mingguan.

Kemenkes juga menggandeng BPOM dan Kemendagri untuk melakukan pengawasan eksternal terhadap SPPG setiap minggu. Sementara BGN akan tetap memegang kendali pengawasan harian di lapangan.

Baca Juga: Branding Bikin Bisnis Naik Kelas

Akademisi UGM: Too Much, Too Soon!

Dari dunia kampus, peringatan datang dari Guru Besar Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc.

Dalam wawancaranya di situs resmi UGM.ac.id, ia menyebut akar persoalan terletak pada lemahnya pengawasan dan ambisi target yang terlalu besar dalam waktu singkat.

“Target pemerintah menyasar 80 juta siswa di tahun pertama itu terlalu cepat. Istilahnya too much too soon, apalagi membangun 30 ribu dapur SPPG bukan hal kecil,” ujarnya, Jumat (26/9/2025).

Menurutnya, pengawasan kualitas dan keamanan pangan harus menjadi prioritas utama.

“Memasak ribuan porsi dalam waktu singkat bisa menyebabkan makanan tidak matang merata atau terkontaminasi bakteri patogen,” tambahnya.

Baca Juga: Tangis Haru di MTsN 1 Purwakarta, Kasus Bullying Berakhir Damai Lewat Restorative Justice

Dampak dan Risiko Jangka Panjang

Prof. Sri menilai, jika pengawasan tidak diperbaiki, dampak jangka panjangnya bisa serius: menurunnya kepercayaan publik dan gangguan kesehatan anak-anak.

“Keracunan yang berulang bisa menurunkan nafsu makan dan mengganggu pertumbuhan, padahal tujuannya justru untuk meningkatkan gizi,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya payung hukum khusus untuk menjamin keamanan pangan sekolah, seperti yang diterapkan di Jepang melalui undang-undang makan siang nasional. Namun, ia memahami proses pembentukan regulasi itu membutuhkan waktu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: purwakartakab.go.id, Kemkes.go.id, ugm.ac.id, Instagram @omzein_bupatiaing

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X