PURWAKARTA ONLINE, Jakarta - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan literasi keuangan yang baik merupakan kunci kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan.
Senior Fellow CIPS Kartina Sury dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, mengatakan rendahnya literasi keuangan menyebabkan masyarakat berisiko membuat keputusan keuangan yang salah dan tidak sesuai dengan kebutuhan.
Dalam jangka panjang, dia mengkhawatirkan akan muncul keengganan masyarakat untuk mengonsumsi produk jasa keuangan.
Baca Juga: Prediksi Qatar vs Senegal malam ini Pukul 20.00 WIB, Piala Dunia 2022 Qatar!
“Adanya kesenjangan antara inklusi dan literasi keuangan menunjukkan bahwa sejumlah konsumen masih belum memiliki pengetahuan yang memadai terkait produk atau layanan yang mereka gunakan,” ujar Kartina.
Dia mengatakan kesenjangan ini membuat masyarakat rentan terhadap keputusan keuangan yang berisiko, menanggung terlalu banyak utang, bahkan menjadi korban produk investasi bodong.
Dia menambahkan masyarakat seringkali memiliki pemahaman yang tidak lengkap tentang produk, syarat pembayaran dan bunga yang disediakan oleh lembaga jasa keuangan.
“Konsumen yang terkena dampak dari rendahnya literasi keuangan akan mengalami kesulitan membayar utang karena tingkat bunga yang tinggi dan jangka waktu pembayaran yang singkat,” kata Kartina.
Selain itu, mereka juga berisiko terkena praktik pengumpulan data yang tidak etis, seperti intimidasi melalui telepon dan SMS, penggunaan data konsumen yang tidak seharusnya, distribusi data konsumen secara ilegal dan pesan yang dikirim ke daftar kontak konsumen untuk mengejar pembayaran.
Dengan demikian, dia mengatakan kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan perlu diatasi secara bersama-sama.
Baca Juga: Kampanye LGBT Eropa ingin susupi Piala Dunia 2022 Qatar, Begini tanggapan Gus Baha!
Menurut dia, perlu adanya integrasi antara literasi dan produk keuangan, yang mana produk dan layanan perlu dirancang untuk mendidik konsumen saat menggunakannya.
Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2022 menunjukkan indeks inklusi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 84,2 persen dan indeks literasi keuangan hanya 49,9 persen.***
Artikel Terkait
Jelang Hari Raya Natal Wamendag jamin stok bahan pokok cukup!
KTT G20 angkat perekonomian Indonesia, Ketum Muhammadiyah: Bali Bagaikan Dapat Durian Runtuh!
Semua tentang NPWP Elektronik!
Inilah Layanan Pengaduan Pinjol yang Disediakan Pemerintah!
Daftar distributor resmi e-Materai dan bagaimana cara menggunakannya!
Dalih Pemulihan Ekonomi, BI Resmi Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,25 Persen!
Mantan Ketum PBNU, Said Aqil Siradj ungkap Pentingnya Wujudkan Ketahanan Energi!
Menag, Yaqut Cholil Qoumas: Sertifikasi halal jadi kekuatan pendorong ekonomi bagi Indonesia
Untuk Umat Manusia KTH Barong Mulya Ajak Masyarakat Tanam Pohon!
Penipuan Modus Baru Berkedok Bisnis SPBU. Tersangkanya, Mantan Ketua DPRD Jabar!