PURWAKARTA ONLINE - Kepergian Dwinanda Linchia Levi meninggalkan duka mendalam bagi civitas akademika Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang.
Dosen berusia 35 tahun itu dikenal sebagai sosok yang ramah, santun, dan dekat dengan mahasiswa.
Namun kematian tragisnya di sebuah hotel pada Senin (17/11) mengungkap banyak hal yang tidak diketahui rekan-rekannya.
Rekan satu fakultas, Eva Arief, mengenang Levi sebagai sosok yang ringan tangan.
Baca Juga: BRI-MI Catatkan KIK EBA Syariah Rp1,95 Triliun di BEI, Perkuat Investasi Syariah BBRI
Ia sering membeli jajanan dari pedagang kecil di sekitar kampus untuk kemudian dibagikan kepada dosen lain.
“Orangnya selalu ceria,” kenang Eva sambil menunjukkan meja kerja Levi yang kini kosong.
Dosen lain, Edi Pranoto, menyebut Levi sebagai akademisi muda yang penuh potensi.
Levi dikenal aktif menulis jurnal ilmiah dan memiliki indeks Sinta yang cukup tinggi.
Ia juga mengajar di beberapa kampus lain, termasuk Undip.
Mahasiswa pun merasakan kehilangan yang sama.
Farel, salah satu mahasiswa Fakultas Hukum Untag, menggambarkan Levi sebagai dosen yang “friendly dan enak diajak diskusi”.
Sementara Antonius, mahasiswa lainnya, menyebut Levi selalu memberi ruang bagi mahasiswanya untuk bertanya dan berdiskusi.