Namun, autopsi tetap dilakukan di RSUP Dr Kariadi Semarang atas permintaan keluarga.
“Kami menunggu hasilnya. Sekilas tidak ada tanda kekerasan,” kata AKBP Sena.
Yang juga menjadi sorotan, terdapat bekas luka infus pada tubuh Levi.
Korban diketahui sempat dirawat dua hari berturut-turut (15–16 November) dengan keluhan darah tinggi hingga tensi 190 dan gula darah mencapai 600.
Riwayat Kesehatan dan Aktivitas Terakhir Korban
Sebelum tewas, Levi sempat menjalani perawatan medis. Setelah pulang ke indekos-hotel, ia sempat meminta tubuhnya dibaluri minyak kayu putih.
Keesokan harinya, ia ditemukan meninggal.
Informasi sementara dari rumah sakit menyebutkan adanya dugaan aktivitas berlebihan yang menyebabkan kondisi jantung korban drop.
Namun belum ada penjelasan resmi dari kepolisian.
Baca Juga: Kronologi Kematian Janggal Dosen UNTAG Dwinanda Levi di Hotel Semarang, Polisi Dalami Peran AKBP B
Mahasiswa dan Alumni Untag Soroti Kejanggalan
Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang menyebut kematian Levi penuh kejanggalan.
Ketua Umum Komunitas Alumni, Jansen Henry Kurniawan, menilai keberadaan AKBP Basuki di kamar korban adalah situasi yang tidak wajar.
“Ini janggal. Mengapa seorang anggota Dalmas bisa berada dalam satu kamar dengan korban dan melaporkan kejadian pagi-pagi buta?” tegasnya.
Mahasiswa Untag juga menuding ada jeda waktu mencurigakan antara aktivitas terakhir korban dan saat ia ditemukan meninggal.
Mereka menuntut transparansi penuh dari kepolisian dan meminta proses hukum tidak ditutup-tutupi.
Polda Jateng: HP Korban Belum Bisa Dibuka
Dalam audiensi dengan mahasiswa, Dirreskrimum Polda Jateng Kombes Dwi Subagio mengaku penyelidikan sempat terkendala karena ponsel korban belum bisa dibuka.