“Program ini terbukti melanggar Pasal 6 Peraturan KPI Nomor 01/KPI/03/2012 tentang P3, serta Pasal 16 ayat 1 dan 2 huruf (a) dalam Peraturan KPI Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang SPS,” jelasnya.
Ubaidillah menegaskan bahwa lembaga penyiaran harus berhati-hati dalam mengangkat tema keagamaan dan budaya lokal.
“Trans7 perlu mengoreksi tayangan tentang kehidupan pesantren, termasuk menghadirkan tokoh yang kredibel sebagai penyeimbang narasi,” ujarnya.
Trans7 Sampaikan Permintaan Maaf
Setelah menuai gelombang kritik, pihak Trans7 akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara resmi melalui kanal YouTube mereka.
Permintaan maaf itu disampaikan langsung oleh Production Director Trans7, Andi Chairil.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Kamis 16 Oktober 2025: Libra Bersinar, Capricorn Panen Keberuntungan
“Kami ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Kiai H. Anwar Manshur beserta keluarga besar, para pengasuh, santri, dan alumni,” ucap Andi.
Ia juga mengakui bahwa pihaknya lalai dalam proses kurasi konten hingga tayangan yang tidak pantas itu lolos ke publik.
Nasib Program Xpose Uncensored
Dengan sanksi dari KPI, program “Xpose Uncensored” resmi dihentikan sementara penayangannya.
Hingga kini belum ada kepastian apakah Trans7 akan mengembalikan program itu dengan format baru atau menggantinya dengan acara lain.
Banyak pengamat media menilai bahwa kasus ini menjadi pelajaran penting bagi dunia penyiaran Indonesia.
Konten yang menyangkut nilai agama, budaya, dan kehidupan pesantren harus diolah dengan penuh kehati-hatian agar tidak menimbulkan kesalahpahaman publik.
Baca Juga: Xpose Uncensored Kebablasan? Trans7 Dihujat Santri, DPR Geram, PBNU Siap Tempuh Jalur Hukum!
Kesimpulan
Kasus “Xpose Uncensored” menjadi contoh nyata bahwa kebebasan berekspresi dalam media tetap harus dibatasi oleh etika dan sensitivitas sosial.
Trans7 kini menghadapi konsekuensi besar, baik dari sisi hukum penyiaran maupun kepercayaan publik.