Debat Terbuka Sangat Dinantikan Masyarakat, Kyai Imad vs Ba’Alawi di UIN Walisongo

photo author
- Minggu, 1 September 2024 | 05:59 WIB
Kyai Imad di hadapan Rhoma Irama menyatakan keyakinannya mengenai nasab Ba Alawi. (Rhoma Irama Official)
Kyai Imad di hadapan Rhoma Irama menyatakan keyakinannya mengenai nasab Ba Alawi. (Rhoma Irama Official)

PURWAKARTA ONLINE - Pada 10 September 2024, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, akan menjadi saksi perdebatan terbuka yang sangat dinantikan masyarakat. KH. Imaduddin Utsman al-Bantani, seorang ulama yang dikenal dengan sikap kritisnya terhadap klaim nasab Ba’alawi, secara terbuka menyatakan kesiapannya untuk berdebat dengan kekuatan penuh dari pihak Ba’alawi, yang terdiri dari 10 hingga 20 orang tokoh penting.

Kesiapan Kyai Imad Menghadapi Tantangan

Dalam wawancara yang diunggah di akun YouTube Jagad Luk Pitu pada 25 Agustus 2024, Kiai Imad dengan tegas menyatakan, “Kalau mau debat dan diskusi dengan saya, gunakan momentum di UIN Walisongo itu, tanggal 10 September.” Pernyataan ini muncul setelah kabar bahwa beberapa tokoh dari pihak Rabitah Alawiah, seperti Gus Rumail Abbas, Idrus Almashur, dan KH. Idrus Ramli, dikabarkan siap untuk menghadapi Kiai Imad dalam perdebatan tersebut.

Kiai Imad menegaskan bahwa dirinya siap berdebat secara ilmiah dan sendirian melawan kekuatan penuh dari pihak Ba’alawi. “Saya enggak usah banyak-banyak, untuk masalah nasab dan sejarah cukup saya saja,” ujar Kiai Imad. Hal ini menunjukkan kepercayaan dirinya dalam menghadapi argumen-argumen yang akan diajukan oleh pihak Ba’alawi.

Debat Ilmiah: Menjawab Klaim Nasab Ba’Alawi

Dalam debat yang direncanakan ini, Kiai Imad siap menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai proposisi yang ia ajukan dalam tesisnya tentang Tertolaknya Nasab Ba’alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, ia juga mempersilakan pihak Ba’alawi untuk mengajukan pertanyaan kepada dirinya. "Silahkan nanti mau bertanya. Atau saya yang akan menanyakan suatu hal tentang proposisi saya," ujar Kiai Imad.

Namun, untuk aspek tes DNA, Kiai Imad mengusulkan agar Dr. Sugeng Sugiharto, seorang ahli di bidang ilmu DNA, turut dilibatkan dalam perdebatan ini. Menurutnya, Dr. Sugeng adalah orang yang tepat untuk menjelaskan secara ilmiah mengenai hasil tes DNA yang relevan dengan perdebatan ini.

Tantangan untuk Rabitah Alawiah dan Pemerintah

Kiai Imad juga menantang pihak Rabitah Alawiah untuk meminta bantuan pemerintah dalam memfasilitasi diskusi ilmiah terkait nasab Ba’alawi. Dia menilai bahwa Rabitah Alawiah memiliki jaringan yang kuat untuk mewujudkan hal tersebut. "Kita diskusi dengan santai, dengan ilmiah, dengan berbasis kajian yang mencerahkan," kata Kiai Imad, menekankan pentingnya pendekatan yang ilmiah dan elegan dalam perdebatan ini.

Selain itu, Kiai Imad menjelaskan alasannya mengapa dia tidak bersedia untuk berdebat di markas Rabitah Alawiah. Menurutnya, sebelum acara dimulai, sudah banyak pihak yang mencoba mencegah dirinya untuk datang ke sana. "Belum apa-apa sudah banyak yang SMS kepada saya, jangan datang, jangan datang, jangan datang," ungkapnya.

Keyakinan Kiai Imad Terhadap Penelitiannya

Sikap tegas Kiai Imad ini tidak terlepas dari keyakinannya terhadap penelitian yang telah dilakukannya. Dalam berbagai kesempatan, ia menyatakan bahwa setelah meneliti dengan sangat teliti dari berbagai sisi sejarah, ilmu nasab, dan juga hasil tes DNA, ia meyakini bahwa Ba’alawi bukan keturunan Nabi Muhammad SAW. Pernyataan ini tentu saja menjadi kontroversi dan menjadi salah satu alasan utama kenapa debat ini sangat dinantikan oleh masyarakat.

Di sisi lain, pendukung Nasab Ba’alawi seperti Gus Rumail Abbas dan KH Idrus Ramli juga telah menyatakan dalam beberapa podcast bahwa Ba’alawi adalah keturunan Nabi yang sah. Dengan argumen-argumen yang kuat dari kedua belah pihak, perdebatan ini diprediksi akan menjadi ajang pembuktian ilmiah yang menarik perhatian banyak kalangan.

Debat terbuka antara Kiai Imad dan tokoh-tokoh pendukung Nasab Ba’alawi ini tidak hanya akan menjadi perdebatan biasa, melainkan sebuah momen penting dalam sejarah diskusi tentang nasab dan keturunan Nabi. Masyarakat sangat menantikan hasil dari perdebatan ini, yang diharapkan dapat memberikan pencerahan dan kebenaran yang dapat diterima oleh semua pihak. Dengan pendekatan yang ilmiah dan didukung oleh data-data yang kuat, debat ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan memberikan kontribusi positif bagi ilmu pengetahuan dan keagamaan di Indonesia.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X