Nadaa Jiilaana Waffiananda: Tragedi dan Pesan Kesehatan Mental

photo author
- Kamis, 26 Oktober 2023 | 07:00 WIB
Potret mahasiswi UNNES Nadaa Jiilaana Waffiananda (NJW) viral karena loncat dari Mall Paragon Semarang (Instagram @unnes_cantik)
Potret mahasiswi UNNES Nadaa Jiilaana Waffiananda (NJW) viral karena loncat dari Mall Paragon Semarang (Instagram @unnes_cantik)

PurwakartaOnline.com - Selasa, 10 Oktober 2023, sebuah tragedi yang menggugah hati mengguncang Semarang, kota yang penuh semangat di Jawa Tengah. Pemilik nama unik, Nadaa Jiilaana Waffiananda, seorang mahasiswi berusia 20 tahun dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), ditemukan tergeletak tak bernyawa di jalur keluar parkir luar gedung Mal Paragon Semarang. Kejadian ini bukan hanya sekadar berita, melainkan sebuah cerita mengenai perasaan rumit dan perjuangan dalam kesehatan mental yang terkadang terabaikan dalam masyarakat.

Kejadian ini terjadi pada Selasa, 10 Oktober 2023, dan segera menyulut perdebatan dan perhatian dari warganet serta masyarakat pada umumnya. Itu juga mengingatkan kita akan pentingnya memahami isu kesehatan mental di tengah masyarakat.

Nadaa Jiilaana Waffiananda adalah mahasiswi dari Program Studi Biologi Unnes yang memiliki sejumlah pengikut di platform media sosial TikTok, terutama di akunnya @nadaajwa. Sebelum tragedi mengerikan ini, dia telah berbagi curahan hati yang menyayat di akun tersebut, mempertanyakan banyak hal tentang hidup dan hubungan asmara.

Baca Juga: BLT DD Tiba di Rumah Enur: Kisah Inspiratif Disabilitas Penerima Manfaat di Desa Sumbersari, Purwakarta

Salah satu unggahannya di TikTok berisi sebuah foto dengan narasi yang menunjukkan kerumitan perasaannya. "Aku bahagia, meskipun...." demikian tulisannya, yang diikuti oleh empat kalimat yang mendedahkannya. Dia merasa dicintai oleh seseorang hanya karena fisiknya, dan merasa dimanja hanya untuk memuaskan nafsu pria tersebut. "Dincintai karena tubuh. Dimanja karena ada maunya," tulisnya dalam curhatan yang meninggalkan pertanyaan besar di benak banyak orang.

Apakah perasaan rumit ini adalah faktor yang mendorongnya untuk mengakhiri hidupnya? Ataukah ada masalah lain yang membuatnya akhirnya menyerah? Pertanyaan-pertanyaan ini belum memiliki jawaban pasti.

Sebelum meninggal, Nadaa meninggalkan sebuah surat yang diarahkan kepada ibunya. Surat itu mengungkapkan perasaannya yang terlalu berat untuk dibawanya. Dia meminta maaf kepada ibunya karena merasa tak mampu menjadi sekuat yang diharapkan oleh sang ibu.

Baca Juga: Kekeringan Terus Mengintai Purwakarta: Dampak El Nino dan Upaya Mitigasi

Dia juga menyebutkan tentang kado ulang tahun yang akan dikirimkan kepada seorang teman, sebuah pengingat akan komitmen yang belum selesai. Terlebih lagi, Nadaa berterima kasih kepada ibunya, yang selalu peduli dan memikirkannya. Surat itu ditutup dengan permintaan doa dan permohonan maaf kepada sang ibu, dengan kata-kata yang menyentuh hati, "Jangan lupa berdoa buat aku ya, sekali (lagi) maaf Mih, aku nyerah."

Reaksi atas kejadian ini telah mencapai Universitas Negeri Semarang (Unnes), yang turut berduka atas kehilangan salah satu mahasiswinya. Nadaa Jiilaana Waffiananda menjadi perbincangan hangat di media sosial, dan ini seharusnya memicu diskusi tentang pentingnya mendukung kesehatan mental di antara mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Kasus ini mengingatkan kita akan kompleksitas masalah kesehatan mental yang bisa memengaruhi siapa pun, tak peduli usia atau status sosial. Dan dalam saat-saat sulit seperti ini, menjadi sangat penting untuk memahami dan mendukung satu sama lain. Ini juga menciptakan panggilan bagi semua pihak untuk mencari bantuan profesional ketika diperlukan, dan lebih penting lagi, untuk mendukung dan mendengarkan satu sama lain.

Baca Juga: BLT DD Tiba di Rumah Enur: Kisah Inspiratif Disabilitas Penerima Manfaat di Desa Sumbersari, Purwakarta

Semoga kasus ini dapat membantu meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental dan mendorong langkah-langkah lebih lanjut untuk membantu individu yang membutuhkan. Kesedihan ini harus dijadikan motivasi untuk mengakhiri stigma yang masih melekat pada topik kesehatan mental sehingga lebih banyak orang bisa mencari pertolongan tanpa takut dicap sebagai lemah. Kami berharap kehidupan Nadaa Jiilaana Waffiananda dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk peduli dan mendukung satu sama lain.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Febri Nugrahadi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X