Penemuan Prasasti Canggu 1358 M: Ungkap Sejarah Desa Penambangan di Tepi Bengawan Solo, Hasilnya bikin kaget!

photo author
- Sabtu, 23 Maret 2024 | 19:15 WIB
Keindahan Coban Canggu di Mojokerto, air terjun setinggi 80 meter  (youtube Juli Nuryanto)
Keindahan Coban Canggu di Mojokerto, air terjun setinggi 80 meter (youtube Juli Nuryanto)

Purwakarta Online - Penemuan prasasti Canggu tahun 1358 M membuka tabir sejarah panjang tentang desa-desa penambangan yang tersebar di sepanjang Bengawan Solo.

Data dari prasasti ini mengungkapkan keberadaan lebih dari 40 desa penambangan yang ada di tepi sungai legendaris ini, memberikan cahaya baru bagi pemahaman sejarah wilayah Jawa yang kaya akan sumber daya alam.

Prasasti Canggu, sebuah artefak bersejarah yang menjadi peninggalan masa lalu, telah menggugah minat para sejarawan dan peneliti untuk menggali lebih dalam tentang masa lampau Pulau Jawa.

Baca Juga: Misteri Bengawan Semanggi: Mengungkap Sejarah Perubahan Aliran Sungai Bengawan Solo, Begini Faktanya

Dengan teliti, para ahli berhasil mengidentifikasi keberadaan desa-desa penambangan yang tersebar di sepanjang aliran Bengawan Solo.

Menurut data yang terdapat dalam prasasti tersebut, lebih dari 40 desa penambangan ditemukan di tepi sungai ini.

Mulai dari Temon hingga Wulayu, nama-nama desa tersebut menjadi bagian dari warisan sejarah yang membawa kita kembali ke masa lalu yang kaya akan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat Jawa pada masa itu.

Baca Juga: Tausiyah Inspiratif Ustad Ramlan Maulana: Persiapan Ramadhan 2024 di Masjid BSI Cipularang | PurwakartaOnline.com

Dr. Ahmad Subagio, seorang sejarawan yang terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana masyarakat Jawa pada masa lampau menggunakan sumber daya alam di sekitar mereka untuk menciptakan mata pencaharian yang berkelanjutan.

"Dari desa-desa penambangan ini, kita dapat melihat betapa pentingnya Sungai Bengawan Solo sebagai jalur transportasi dan sumber daya alam yang melimpah bagi masyarakat setempat. Mereka menggunakan sungai ini tidak hanya sebagai sumber air dan sarana transportasi, tetapi juga sebagai sumber kehidupan ekonomi," kata Dr. Subagio.

Dari Temon hingga Wulayu, setiap desa memiliki peran dan fungsi yang berbeda dalam kegiatan penambangan.

Baca Juga: Ternyata Ini Perekonomian Bengawan Solo di Era Majapahit: Jejak Sejarah yang Menginspirasi

Beberapa desa mungkin fokus pada penambangan batu bara, sementara yang lainnya mengkhususkan diri dalam penambangan logam dan mineral lainnya.

Namun, satu hal yang pasti, keberadaan desa-desa ini mencerminkan kecanggihan budaya dan teknologi ekstraksi pada masa itu.

Penemuan ini tidak hanya menjadi titik awal untuk penelitian lebih lanjut tentang sejarah desa penambangan di Pulau Jawa, tetapi juga memberikan inspirasi bagi masyarakat modern untuk menghargai dan merawat warisan sejarah mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X