Kala Pagi Menyapa dan Kopi Berbicara, Tafsir Sunyi Tentang Makna Manusia di Hadapan Tuhan

Dalam filsafat Islam dan pemikiran para filsuf Eropa, disebutkan bahwa “Orang yang paling tahu adalah mereka yang menyadari bahwa dirinya tidak tahu apa-apa.”

Artinya, kebenaran sejati hanya milik Tuhan, dan manusia tidak pantas berlaku sombong ataupun angkuh terhadap sesama—apalagi terhadap Tuhan.

Secangkir Kopi dan Hembusan Angin

Pada Rabu, 6 Agustus 2025, saya duduk sendiri di bawah pohon cengkih sambil menikmati secangkir kopi hitam.

Campuran rasa manis dan pahit dalam satu cangkir menciptakan cita rasa yang mendalam, seperti halnya kehidupan ini.

Angin bertiup lembut, langit mulai mendung, dan suasana hati saya terselimuti rasa syukur dan kontemplasi.

Saya bertanya dalam hati "Inikah alasan Tuhan menciptakan manusia yang berbeda-beda?" Mungkin perbedaan itu hadir agar kita bisa saling mengisi, menginspirasi, dan hidup dalam kerukunan, menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama makhluk.

Menjadi Manusia yang Bermanfaat itu Saya teringat sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi makhluk lainnya."

Nabi juga mengajarkan agar kita:

• Hidup berdampingan
• Tidak mencaci atau memaki sesama
• Menjunjung tinggi nilai persaudaraan

Dalam pandangan Islam, semua manusia sama. Tidak ada perbedaan kasta atau derajat. Yang membedakan hanyalah amal dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Akhir dari Tugas Dunia

Setelah meneguk habis kopi tersebut, saya bangkit dari tempat duduk. Momen sederhana itu menyadarkan saya bahwa setiap awal pasti akan ada akhir. Begitu pula dengan kehidupan di dunia.

Manusia yang telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini akan bertemu dengan yang namanya kematian.