Belajar Mencangkok Jeruk Nipis di Purwakarta, Serunya Kelas Menulis POA!

photo author
- Sabtu, 25 Oktober 2025 | 12:58 WIB
Kelas Menulis Purwakarta Online Academy praktik mencangkok jeruk nipis di Desa Pusakamulya sambil belajar menulis dan berdiskusi, Sabtu 25 Oktober 2025. (Dok. POA)
Kelas Menulis Purwakarta Online Academy praktik mencangkok jeruk nipis di Desa Pusakamulya sambil belajar menulis dan berdiskusi, Sabtu 25 Oktober 2025. (Dok. POA)

Belajar Mencangkok Jeruk Nipis di Pusakamulya: Serunya Praktik, Diskusi, dan Menulis Bersama POA Purwakarta

PURWAKARTA ONLINE - Suasana pagi di Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Sabtu (25/10/2025) terasa berbeda. Beberapa peserta Kelas Menulis Purwakarta Online Academy (POA) tampak antusias mengelilingi pohon jeruk nipis di halaman rumah Inanx Taylor, warga RT 10 RW 05. Bukan sedang liputan, melainkan praktik mencangkok langsung di lapangan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran tematik POA bertajuk “Mencangkok, Diskusi, dan Menulis”, yang menggabungkan keterampilan praktis dengan refleksi menulis. Setiap peserta diberi kesempatan untuk mencangkok tiga batang jeruk nipis, di mana setiap satu batang langsung di-review oleh instruktur.

Belajar dari Alam, Menulis dari Pengalaman

Meski alat dan bahan seadanya, semangat peserta tak surut. Mereka menggunakan tanah gembur dari polybag bekas sebagai media tanam, memanfaatkan apa yang tersedia di sekitar. “Tujuannya bukan sekadar berhasil mencangkok, tapi memahami prosesnya dan menuliskannya kembali dengan bahasa masing-masing,” ujar Dadan Hamdani, salah satu fasilitator POA.

Setiap peserta membawa teknik berbeda, ada yang lebih hati-hati dalam mengupas kulit batang, ada pula yang cepat namun tetap rapi. Sang instruktur memastikan semua mengikuti prinsip dasar mencangkok, mulai dari cara mengupas kulit batang, mengerok kambium hingga menyiapkan media tanam yang lembap.

Rahasia di Balik Kambium dan Tumbukan Bawang Merah

Dalam sesi praktik itu, peserta juga belajar mengenali kambium, bagian tipis di antara kulit dan kayu batang yang menjadi “dapur sel” tanaman. Kambium harus benar-benar dibersihkan agar akar baru bisa tumbuh.

“Kalau kambium tidak dibuang dengan sempurna, kulit batang bisa tumbuh lagi dan akar gagal muncul,” jelas Dadan Hamdani sembari menunjukkan bagian yang dimaksud. Untuk merangsang pertumbuhan akar, peserta menggunakan tumbukan bawang merah, cara alami yang sudah dikenal dalam dunia pertanian tradisional.

Dari Plastik Dapur ke Ilmu Bertani

Media cangkok kemudian dibungkus plastik bekas dari dapur dan diikat menggunakan tali rapia. Plastik itu ditusuk-tusuk kecil agar air hujan bisa masuk tanpa menggenang. “Kalau cuaca panas, harus disiram supaya tetap lembap,” ujar salah satu peserta.

Rencananya, hasil cangkok akan dipantau setiap pekan dan dipanen satu hingga dua bulan ke depan, setelah dipastikan akar tumbuh baik. Batang cangkok nantinya akan dipotong, lalu ditanam di pot, kebun, atau pekarangan rumah.

Meski tanaman hasil cangkok cenderung lebih rentan dibanding tanaman dari biji, namun buahnya akan memiliki sifat yang sama dengan induknya, hal yang membuat teknik ini tetap populer di kalangan penghobi tanaman.

Dari Cangkok ke Cerita: Menulis sebagai Refleksi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Liputan Lapangan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Manfaat POA

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 15:34 WIB

10 Tips Memulai Bisnis yang Sukses

Selasa, 7 Oktober 2025 | 22:57 WIB

Persiapan TC Taekwondo di MA YPPA Cipulus

Selasa, 7 Oktober 2025 | 21:27 WIB

Makesta IPNU IPPNU Kecamatan Wanayasa 2025

Sabtu, 4 Oktober 2025 | 14:20 WIB
X