PURWAKARTA ONLINE - Rencana merger antara dua raksasa otomotif asal Jepang, Honda dan Nissan, yang sempat membuat heboh industri mobil dunia, akhirnya resmi dibatalkan. Kedua perusahaan tersebut berencana membentuk grup otomotif baru senilai sekitar USD 60 miliar atau setara Rp 981,66 triliun.
Namun, berbagai masalah internal dan perbedaan pendapat antara kedua belah pihak menyebabkan pembicaraan tersebut berakhir gagal.
Lalu, bagaimana hal ini memengaruhi masa depan Honda, Nissan, dan industri otomotif global? Simak ulasan lengkapnya!
Penyebab Kegagalan Rencana Merger
Proses merger antara Honda dan Nissan awalnya mendapat sambutan positif, terutama karena akan menciptakan sebuah grup otomotif yang sangat kuat dengan nilai pasar terbesar keempat di dunia setelah Toyota, Volkswagen, dan Hyundai.
Baca Juga: Nikmati Sensasi Nostalgia dan Kuliner Timur Tengah di Kafe Kunfayakun Purwakarta
Namun, beberapa faktor menyebabkan kegagalan rencana tersebut, di antaranya:
1. Perbedaan Pandangan Strategis
Honda mengusulkan agar Nissan hanya menjadi anak perusahaan dalam grup hasil merger tersebut, yang tentunya menempatkan posisi Nissan lebih rendah. Hal ini menyebabkan ketegangan karena Nissan merasa posisinya harus setara dengan Honda.
2. Masalah Internal Nissan
Nissan saat ini masih berada dalam kondisi sulit setelah bertahun-tahun menghadapi krisis manajemen.
Hal ini semakin memperburuk posisi tawar Nissan dalam perundingan merger, yang akhirnya menguntungkan Honda.
3. Perselisihan dalam Pengelolaan Perusahaan
Seiring berjalannya waktu, ketidaksepakatan mengenai kepemimpinan perusahaan pasca-merger pun muncul.
Honda merasa lebih siap dan percaya diri untuk memimpin grup baru tersebut, sementara Nissan tidak merasa posisinya cukup dihargai.
Tanggapan Para Ahli dan Analis Otomotif