Keberanian Korut Luncurkan Rudal Antar Benua: Ancaman Terhadap Ketertiban Global

PurwakartaOnline.com - Korea Utara baru-baru ini menggemparkan dunia internasional dengan meluncurkan rudal balistik antar benua (ICBM), sebuah tindakan yang langka dan memicu keprihatinan yang serius di kalangan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menyusul peluncuran ini, Korea Utara diharapkan menyampaikan pernyataan dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang telah diminta oleh beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Albania, Prancis, Jepang, Malta, dan Inggris.

Sebagai presiden Dewan Keamanan untuk bulan Juli, Inggris menyambut baik permintaan ini dan berencana memberikan panggung kepada Korea Utara untuk mengungkapkan pandangannya.

Mungo Woodifield, juru bicara misi Inggris di New York, mengonfirmasi bahwa sidang tersebut akan dilangsungkan, memberikan kesempatan bagi Korea Utara untuk berbicara dalam badan tersebut.

Baca Juga: Terungkap! Gosip Kencan Youjoung BBGIRLS dan Lee Kyu Han? Mereka Bantah dengan Tegas!

Korea Utara telah terjerat dalam sanksi PBB sejak tahun 2006 akibat program rudal dan nuklirnya yang kontroversial.

Sanksi tersebut melarang negara tersebut untuk mengembangkan rudal balistik.

Namun, Korea Utara masih melanjutkan upaya pengembangan rudalnya dengan meluncurkan ICBM Hwasong-18 terbarunya pada hari Rabu.

Rudal Hwasong-18 dianggap sebagai inti kekuatan serangan nuklir Korea Utara dan sebagai peringatan keras bagi Amerika Serikat dan negara-negara musuhnya.

Baca Juga: Misteri Lagu 'ME' milik Jisoo BLACKPINK: Kejayaan di China dan Makna Dibaliknya

Rudal ini menggunakan propelan padat yang memungkinkannya meluncurkan serangan dengan kecepatan yang lebih tinggi selama situasi perang.

Peluncuran pertama Hwasong-18 dilakukan pada bulan April, dan sejak itu, rudal ini terus ditingkatkan.

Tindakan Korea Utara ini menggambarkan keberanian mereka dalam menghadapi tekanan internasional dan menunjukkan niat mereka untuk memperkuat kemampuan militer mereka.

Peluncuran ICBM antar benua ini merupakan langkah yang berpotensi mengganggu stabilitas regional dan mengancam ketertiban global.