H. Hadi Musa Said, Alumni Lirboyo dan Mantan Ketua PP GP Ansor, Tegas Bela Kyai dari Framing Media

photo author
- Selasa, 14 Oktober 2025 | 18:08 WIB
H. Hadi Musa Said, M.Si., alumni santri Lirboyo yang saat ini menetap di Cipulus, Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. (Dok. Ponpes Cipulus)
H. Hadi Musa Said, M.Si., alumni santri Lirboyo yang saat ini menetap di Cipulus, Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. (Dok. Ponpes Cipulus)

Klarifikasi Soal Ro’an dan Amplop Santri

Dalam tayangan Trans 7, istilah Ro’an dan pemberian amplop kepada kyai juga disinggung.

Namun, Hadi Musa menilai media tersebut salah memahami tradisi pesantren.

Baca Juga: Pelajaran Berharga dari Kasus Dina Oktaviani: Ketika Kepercayaan Salah Tempat Berujung Maut

“Ro’an itu bukan pungutan. Itu bagian dari latihan hati dan bentuk pengabdian santri,” jelasnya.

Menurutnya, Ro’an berasal dari kata tabarukan—mencari berkah. Nilai utamanya bukan pada uang, tetapi pada keikhlasan, kebersamaan, dan semangat gotong royong.

“Ro’an itu cara santri berlatih riyadhoh, membersihkan hati. Amplop itu simbol hormat, bukan sumber kekayaan kyai,” tambahnya.

Seruan Etika Media dan Permintaan Maaf

Hadi Musa meminta Trans 7 dan Chairul Tanjung sebagai pemilik jaringan media untuk menunjukkan tanggung jawab moral dengan meminta maaf secara terbuka kepada para kyai dan pesantren.

“Ini bukan soal tersinggung, tapi soal etika. Dunia pesantren punya kehormatan yang harus dijaga,” ujarnya.

Ia juga mengajak semua media nasional untuk lebih berhati-hati dalam menyoroti dunia keagamaan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman publik.

Baca Juga: Promo Gila BRI Oktober 2025: Main Padel Bayar Pakai BRImo Langsung Dapat Cashback Rp100 Ribu!

“Jangan asal tayang. Pahami dulu konteksnya. Jangan sampai media justru menodai perjuangan para kyai,” katanya tegas.

Pesan Akhir: Pesantren Benteng Moral Bangsa

Sebagai alumni Lirboyo dan kader Ansor, Hadi Musa menutup pernyataannya dengan pesan moral.

Ia menegaskan bahwa pesantren adalah benteng terakhir moral bangsa yang telah berperan penting sejak masa perjuangan kemerdekaan.

“Pesantren itu benteng moral bangsa. Kyai dan santri adalah penjaga akhlak dan pendidikan umat. Jangan nodai mereka dengan narasi sesat,” pungkasnya.

Sikap tegas H. Hadi Musa Said menjadi simbol suara para santri dan alumni pesantren yang menyerukan keadilan informasi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Adi Mulyadi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X