Kalian Harus Tahu Ini! Hati-hati Ancaman Baru Deepfake dan AI bagi Perempuan‑Anak

photo author
- Sabtu, 26 Juli 2025 | 11:34 WIB
Nezar Patria ungkap ancaman deepfake terhadap perempuan & anak, PP TUNAS 2025, dan strategi literasi digital komprehensif. (Pinterest )
Nezar Patria ungkap ancaman deepfake terhadap perempuan & anak, PP TUNAS 2025, dan strategi literasi digital komprehensif. (Pinterest )

PURWAKARTA ONLINE - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, memperingatkan bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) dan deepfake kini menjadi ancaman serius bagi perempuan dan anak-anak Indonesia.

Menurut Nezar, sejak 2019 kasus deepfake meningkat 550%, di mana 90% penggunaannya untuk tujuan berbahaya.

Sementara survei memperlihatkan bahwa 11% perempuan usia 15–29 pernah mengalami kekerasan berbasis gender di dunia maya sejak usia dini.

“Korban paling rentan adalah perempuan dan anak,” ujar Nezar dalam pernyataan resminya pada Jumat, 25 Juli 2025.

Baca Juga: Tiga Pesan Penting Erick Thohir Usai Timnas U-23 Indonesia Lolos Dramatis ke Final Piala AFF U-23 2025

“Masyarakat perlu dibekali kemampuan mengenali konten palsu, menjaga data pribadi, dan menggunakan teknologi secara bijak,” tambahnya.


“Kecerdasan buatan seharusnya menjadi alat untuk berkreasi dan berinovasi, bukan untuk melukai atau membahayakan sesama.” tegasnya.

Untuk meredam risiko itu, Komdigi telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 (PP TUNAS) yang khusus mengatur penyelenggaraan sistem elektronik demi perlindungan anak serta mencegah penyalahgunaan AI dan konten manipulatif.

Nezar berharap sosialisasi PP TUNAS dilakukan d i tingkat daerah, terutama sekolah dan komunitas lokal agar setiap pemangku kepentingan memahami aturan ini dan bertindak bersama.

Baca Juga: Konvoi Tank Militer Kamboja Viral, Perbatasan Thailand Mencekam dan Ditutup Total!

Nezar menegaskan bahwa literasi digital adalah keterampilan dasar yang tak boleh diabaikan, khususnya kemampuan mengenali konten manipulatif (deepfake), memahami privasi data, serta berpikir kritis.

Pemerintah memandang literasi ini sebagai alat perlindungan diri di dunia digital yang semakin kompleks.

Nezar mengimbau perlunya kolaborasi konkret lintas sektor: dari riset keamanan AI, pengembangan kebijakan, pelatihan bakat digital, hingga kampanye awarenes publik.

Semua itu penting agar standar keamanan teknis dan tata kelola AI berkembang konsisten.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X