PURWAKARTA ONLINE, Jakarta - Farmakolog molekular Dr Raymond Tjandrawinata mengatakan Indonesia memiliki banyak biodiversitas yang dapat diolah secara modern menjadi obat modern asli Indonesia.
"Indonesia banyak sekali biodiversitas yang bisa jadi obat. Kalau bisa diolah secara modern maka kita bisa punya obat modern ali Indonesia," ujar di sela Pameran Inovasi Teknologi Farmasi dan Alkes Indonesia, di ICE BSD Tangerang, Jumat.
Raymond yang menjabat sebagai Director of Research & Business Development Dexa Group itu menuturkan, pasar fitofarmaka di Indonesia masih kecil dan kebanyakan bahan baku farmasi berasal dari impor.
Baca Juga: Fenomena alam 3 November 2022, bagaimana bisa Tengah Hari Lebih Awal?
Fitofarmaka merupakan obat yang berasal dari tanaman atau hewan dari Indonesia dan sudah dilakukan uji praklinis dan klinis oleh dokter Indonesia pada pasien Indonesia sehingga keamanannya sudah terbukti.
"Masalah di Indonesia adalah sebelum masuk ke fitofarmaka formularium pasar masih kecil, hanya dokter-dokter tertentu yang meresepkan. Ini belum masuk dalam formularium e-katalog nasional," kata dia.
Dia lalu meminta Kementerian Kesehatan untuk memasifkan penggunaan obat modern asli Indonesia di fasilitas pelayanan kesehatan.
Baca Juga: 7 pose seksi Jessica Iskandar!
Sehingga pemanfaatan obat asli Indonesia bisa lebih banyak di masyarakat.
"Sehingga tantangannya berkurang karena lebih banyak dokter meresepkan," ujar dia.
Selama ini, sambung Raymond, kebanyakan fitofarmaka diresepkan dokter terutama yang mempunyai basis uji klinik pada pasien-pasien di Indonesia.
Baca Juga: Mobil Honda WRV 2022, Ternyata Cuma Rp271 Jutaan!
Fitofarmaka ini didasarkan pada bukti ilmiah sehingga walaupun obat herbal tetapi dibuat modern, seperti halnya produk yang dihasilkan perusahaan tempatnya bekerja.
Dia mencontohkan salah satu produk perusahaan yang menggunakan bahan cacing tanah untuk pasien stroke, serangan jantung.