Purwakarta Online - Pada masa keemasan antara abad VII hingga XV, Kerajaan Pajajaran menjelma sebagai entitas berkebudayaan tinggi yang mewarisi pengaruh Hindu dari India.
Struktur birokrasi kerajaan ini, yang tercermin dalam naskah kuno, menggambarkan keunikan dan keharmonisan dalam kekuasaan yang dipegang oleh raja, yang dianggap sebagai titisan dewa.
Pusat Kekuasaan: Pakuan Pajajaran, Tempat Tinggal Sang Raja
Pusat kekuasaan Kerajaan Pajajaran terletak di Pakuan Pajajaran, Bogor, dengan kediaman raja berada di pusat.
Konsep ini menunjukkan paralel dengan gagasan dewa-raja, seperti yang diungkapkan oleh von Heine-Gelderen, menciptakan pemahaman bahwa raja adalah pribadi yang terkait erat dengan dunia rohaniah.
Bangunan-bangunan di sekitarnya, dihuni oleh para bawahan raja, membentuk sebuah kesatuan yang mencerminkan keharmonisan antara makro dan mikro kosmos.
Baca Juga: Puas Meskipun Hasil Imbang: PSIS Semarang 1-1 Persebaya Surabaya
Indianisasi dalam Struktur Bangunan: Meru sebagai Manifestasi Kekuasaan
Terungkap bahwa susunan bangunan pusat kerajaan Pajajaran menyerupai konsep meru, sesuai dengan arus indianisasi di Asia Tenggara.
Meru, dalam konteks ini, menjadi manifestasi fisik dari kekuasaan dan hubungan dewa-raja.
Struktur ini tidak hanya mencerminkan keseimbangan kosmos, tetapi juga mengungkapkan pentingnya nilai-nilai Hindu dalam membentuk identitas kerajaan.
Pembagian Bawahan: Refleksi Politik Lokal dengan Sentuhan Indianisasi
Dalam melihat pembagian wilayah bawahan, Michael Munoz mencatat bahwa ini mencerminkan ciri politik lokal yang masih bertahan, meskipun kerajaan telah terpengaruh oleh indianisasi.
Pembagian wilayah dan fungsi pembantu raja menunjukkan adanya adaptasi lokal terhadap struktur birokrasi yang diperkenalkan dari luar.