PURWAKARTA ONLINE - Meskipun Prabu Siliwangi adalah raja Sunda yang diyakini oleh masyarakat Tatar Sunda tidak pernah mati, informasi sejarah yang diperoleh dari sumber utama (manuskrip kontemporer) menyatakan bahwa tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi.
Dalam beberapa manuskrip, Raja Siliwangi atau Prebu Wangi bukan merujuk pada nama seorang raja, tetapi lebih pada gelar atau julukan yang ditujukan pada seorang raja.
Carita Prahiangan, misalnya, secara detail menyebutkan 40 raja dan lama pemerintahan mereka.
Baca Juga: Prabu Siliwangi: Nama yang Tak Terpisahkan dari Ingatan Kolektif Orang Sunda!
Dalam keempat puluh raja tersebut (baik yang berada di pusat pemerintahan Galuh Pakwan dan Pakwan Pajajaran), tidak ada raja yang bernama Prabu Siliwangi.
Demikian pula, dalam manuskrip Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, manuskrip Bujangga Manik, dan Carita Purwaka Caruban Nagari, istilah Prabu Siliwangi tidak merujuk pada arti nama seorang raja, melainkan lebih pada istilah yang menyebutkan gelar atau julukan yang disematkan pada seorang raja.
Namun, gelar ini tidak dikenakan atau disematkan pada semua raja Sunda, tetapi hanya pada raja tertentu yang dianggap memiliki keunggulan (Darsa, 2011).
Baca Juga: Dugaan Modus Pemerasan Oknum Bea Cukai di Bandara, Emak-emak: Nyari duit korup amat!
Tentang keberadaan Prabu Siliwangi sebagai tokoh sejarah-legenda, beberapa tulisan telah dipublikasikan dalam beberapa jurnal ilmiah.
Mas Noerdjito, Mohammad Fathi Royyani, dan Hawal Widodo dalam artikel mereka yang berjudul "Peran Adat dan Pensakralan Mata Air terhadap Konservasi Air di Lereng Ciremai" yang diterbitkan oleh Jurnal Biologi Indonesia tahun 2009 menyimpulkan bahwa keberhasilan masyarakat di sekitar lereng Gunung Ciremai dalam mempertahankan keberlanjutan lingkungan disebabkan oleh mitos Prabu Siliwangi.
Mitos bahwa beberapa artefak adalah peninggalan Prabu Siliwangi dan keturunannya, menjadi sumber keyakinan bagi masyarakat untuk menjaganya, sehingga merusak Petilasan akan berdampak pada hilangnya sumber air.
Sebagai pelaksanaan keyakinannya, masyarakat secara rutin melaksanakan upacara pernikahan cai (Ritual Kawin Cai), yaitu upacara untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar sumber air untuk masyarakat tidak pernah hilang.
Prosesnya adalah dengan mencampurkan air dari Balong Dalem (yang dibangun oleh Sultan Matang Aji, Cirebon) dengan air dari sumur tujuh yang mengelilingi batu tempat Prabu Siliwangi berada.
Artikel Terkait
Netizen: Percuma Bayar Pajak, Hanya untuk Belanja Hedon Pejabat!
Sri Mulyani Ungkap Transaksi Mencurigakan Rp349 Triliun Tahun 2009-2023: Kementerian dan Perusahaan Terlibat!
Waktu Suaminya Masih Pejabat Pajak, Ibunya Mario Dandy Suka Main Berondong dengan kode 'Tukang Masak'
Bupati Tanjung Jabung Timur Romi Hariyanto Usir PT Petrochina dari Daerahnya: Merampok Sumberdaya Saja!
Saat Ayahnya Masih Pejabat Pajak, Mario Dandy Kirim Video Penganiayaan ke Teman-teman David di Pangudi Luhur!
Tunjangan Kinerja Pegawai Pajak Terbesar di Indonesia: Kenapa Masih Ada Korupsi?
Netizen ungkap Pengalaman Dipalak Bea Cukai, Rakyat Semakin Banyak Yang Sentimen Terhadap Pajak dan Bea Cukai!
Dugaan Modus Pemerasan Oknum Bea Cukai di Bandara, Emak-emak: Nyari duit korup amat!
Siapakah Prabu Siliwangi? Penelitian Sejarah Terbaru Mengungkap Identitas Tokoh Legendaris Kerajaan Sunda
Prabu Siliwangi: Nama yang Tak Terpisahkan dari Ingatan Kolektif Orang Sunda!