Transformasi Tari Genye, Seni Tradisional Purwakarta yang Harus Dilestarikan

photo author
- Senin, 20 Januari 2025 | 19:00 WIB
Tari Genye, seni tradisional khas Purwakarta, mengalami transformasi besar. Simak bagaimana seni ini berkembang dan pentingnya pelestarian budaya lokal. (Padepokan Leuweung Seni)
Tari Genye, seni tradisional khas Purwakarta, mengalami transformasi besar. Simak bagaimana seni ini berkembang dan pentingnya pelestarian budaya lokal. (Padepokan Leuweung Seni)

PURWAKARTA ONLINE - Purwakarta dikenal sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki seni tradisional unik, salah satunya adalah Tari Genye.

Kesenian ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol budaya yang sarat makna.

Mengenal Tari Genye

Tari Genye adalah seni helaran yang memadukan tarian, musik, dan properti kreatif.

Penari perempuan membawa sapu nyere, sedangkan penari laki-laki memainkan alat musik seperti kendang, tarompet, dan bedug.

Yang membuat Tari Genye istimewa adalah penggunaan bahan sederhana seperti ayakan, sapu sabut kelapa, dan lidi untuk menciptakan properti menyerupai manusia.

Properti ini menjadi simbol kreativitas masyarakat Purwakarta yang mampu mengubah benda sehari-hari menjadi karya seni bernilai tinggi.

Baca Juga: Mengejutkan! 20.628 Peserta CPNS dinyatakan Tak Lolos, Adanya Dokumen Palsu, Ini Faktanya

Proses Transformasi

Dalam perkembangannya, Tari Genye mengalami berbagai perubahan.

Penambahan alat musik modern seperti gitar dan bass memberikan nuansa baru, tetapi juga menimbulkan tantangan.

Musik dan koreografi Tari Genye belum memiliki pola baku, sehingga sulit untuk menjadi identitas yang kuat bagi Purwakarta.

Menurut teori transformasi Anthony Antoniades, perubahan dalam seni tradisional dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Dalam kasus Tari Genye, kehadiran seniman kreatif dan dukungan pemerintah menjadi faktor utama yang mendorong transformasi ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Enjang Sugianto

Sumber: Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X