Ketua KTNA Jawa Barat, Otong Wiranta, mengatakan bahwa semangat petani tidak bergantung pada kehadiran tokoh mana pun.
“Yang hadir bukan hanya petani, tapi semangat gotong royong Jawa Barat. Itu yang paling penting,” ujarnya kepada Purwakarta Online.
Baca Juga: Dari Limbah Jadi Berkah: Bobibos Ubah Jerami Jadi Bahan Bakar dan Uang bagi Petani
Sementara itu, Ketua KTNA Purwakarta, H. Ujang Alim Adisaputra, S.Hut, menegaskan bahwa suksesnya acara ini adalah hasil kolaborasi seluruh pihak.
“Dedi Mulyadi batal datang, tapi pesannya tetap hadir. Kami merasa beliau tetap bersama petani,” katanya.
Panggung Tetap Meriah Tanpa Gubernur
Suasana penutupan tetap meriah dengan penampilan pencak silat tradisional dan tari Sunda oleh anak-anak petani Purwakarta.
Dekorasi panggung dari bambu lokal karya seniman Ojak dan Apung menjadi daya tarik utama. Banyak peserta menjadikannya latar foto kenangan.
Menurut warga setempat, acara ini tidak hanya membangkitkan semangat petani, tapi juga menggerakkan ekonomi desa.
“Warung kami ramai sejak kemarin. Banyak tamu yang menginap dan makan di sini,” kata Ibu Nani, warga Parakan Garokgek.
Pemkab Purwakarta Dukung Penuh
Sebagai bentuk apresiasi, Pemkab Purwakarta menghadirkan pertunjukan Air Mancur Taman Sri Baduga di Situ Buleud bagi peserta.
Pertunjukan itu menjadi simbol penghormatan bagi petani Jawa Barat yang terus menjaga ketahanan pangan nasional.
Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, mengatakan bahwa semangat petani harus terus dijaga.
“Kita boleh kecewa karena Pak Dedi tak hadir, tapi jangan hilang semangatnya. Pertanian adalah napas kehidupan kita,” tegasnya.
Menuju Penas KTNA 2026 di Gorontalo
Meski Dedi Mulyadi tak sempat hadir, pesan beliau menjadi pengingat bahwa perjalanan petani belum berakhir.
Jawa Barat kini bersiap menuju Penas KTNA 2026 di Gorontalo, membawa semangat “Te Langi” atau transformasi teknologi pertanian.