Purwakarta Online - Peternakan domba di Indonesia, khususnya di Jawa Barat, memiliki potensi besar dalam mendukung pembangunan ekonomi pedesaan dan keberlanjutan lingkungan. Namun, tantangan berupa praktik peternakan yang kurang efisien dan penggunaan lahan yang tidak optimal masih menjadi penghambat utama. Artikel ini bertujuan menganalisis peran pendekatan sosiologi pembangunan dalam pengembangan sistem peternakan domba semi intensif, yang memadukan penggunaan lahan terbengkalai dan manajemen ternak yang lebih baik. Melalui kajian literatur dengan metode Systematic Literature Review (SLR), penelitian ini menunjukkan bahwa sistem semi intensif dapat memberikan manfaat ekonomi bagi peternak kecil, juga mendukung aspek sosial dengan memperkuat kohesi sosial dan kelembagaan lokal. Selain itu, sistem ini mengurangi ketergantungan pada input komersial dan mengoptimalkan pemanfaatan lahan serta limbah ternak, yang pada gilirannya mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dengan demikian, pendekatan sosiologi pembangunan dalam peternakan domba semi intensif mampu menciptakan keseimbangan antara peningkatan produktivitas, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial masyarakat pedesaan.
ABSTRAK
Peternakan domba di Indonesia, terutama di wilayah Jawa Barat, memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Meski demikian, sektor ini masih menghadapi kendala seperti efisiensi budidaya yang rendah dan pemanfaatan lahan yang belum optimal. Artikel ini bertujuan untuk menelaah kontribusi pendekatan sosiologi pembangunan dalam mengembangkan sistem peternakan domba semi intensif, dengan memanfaatkan lahan-lahan terbengkalai dan penerapan manajemen peternakan yang lebih baik. Melalui pendekatan Systematic Literature Review (SLR), kajian ini menunjukkan bahwa sistem semi intensif mampu memberi dampak ekonomi yang positif bagi peternak kecil, sekaligus memperkuat jaringan sosial dan kelembagaan lokal. Sistem ini juga menekan ketergantungan pada input komersial serta mengoptimalkan pemanfaatan limbah dan lahan yang ada. Keseluruhan upaya ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Oleh karena itu, integrasi sosiologi pembangunan dalam sistem semi intensif dapat menciptakan keseimbangan antara produktivitas, keberlanjutan ekologis, dan peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah pedesaan.
Kata kunci: Domba, Semi Intensif, Sosiologi Pembangunan, Pedesaan, Keberlanjutan
PENDAHULUAN
Peternakan domba memiliki peranan strategis dalam mendukung perekonomian pedesaan serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Namun demikian, banyak praktik budidaya yang belum efisien serta lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal, menjadi hambatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak dan pelestarian lingkungan. Di Jawa Barat, sektor ini mayoritas dikelola oleh peternak skala kecil atau rumah tangga, yang justru menyimpan potensi besar untuk dikembangkan (Sulistio et al., 2024). Dalam konteks keberlanjutan, penting untuk mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pendekatan sosiologi pembangunan menjadi relevan dalam menganalisis bagaimana sistem peternakan semi intensif dapat diterapkan melalui optimalisasi lahan tidak produktif, sekaligus mendorong partisipasi sosial yang lebih luas.
Model semi intensif memungkinkan pemanfaatan lahan secara efisien dan pengelolaan ternak yang lebih optimal. Sistem ini menggunakan lahan kosong pedesaan sebagai area penggembalaan dan mendukung keberlanjutan dengan mendaur ulang limbah ternak menjadi pupuk organik (Firmansyah et al., 2022). Dari sisi sosial, pendekatan ini juga menguatkan kohesi sosial dan mendukung pembentukan kelembagaan lokal. Selain itu, sistem ini cenderung mengurangi ketergantungan terhadap pakan komersial dan bahan kimia, serta membuka peluang untuk penerapan praktik peternakan organik yang lebih ramah lingkungan (Nkonki-Mandleni et al., 2018).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review (SLR) untuk mengkaji berbagai publikasi ilmiah terkait topik peternakan domba semi intensif dan pendekatan sosiologi pembangunan. Metode ini memungkinkan perolehan pengetahuan baru melalui sintesis dan interpretasi hasil-hasil penelitian sebelumnya (Hayati et al., 2021). Proses SLR meliputi tiga tahapan utama: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan (Wahono, 2015).
Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi fokus kajian dan protokol seleksi literatur. Tahap implementasi mencakup pengumpulan sumber primer, penyaringan, analisis kualitas, serta sintesis data. Tahap pelaporan menyajikan temuan dan kesimpulan yang relevan. Penelitian ini difokuskan pada wilayah Jawa Barat, dengan sasaran utama peternak domba yang menerapkan sistem semi intensif, dan aspek kajian mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan keberlanjutan peternakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Wilayah Jawa Barat
Jawa Barat memiliki luas wilayah 35.377,76 km² dengan kekayaan sumber daya alam yang tinggi, khususnya pada sektor agribisnis. Peternakan domba menjadi salah satu komoditas unggulan, terutama dengan keberadaan plasma nutfah lokal seperti domba Garut dan Priangan. Berdasarkan data BPS 2022, populasi domba di Jawa Barat mencapai 8,4 juta ekor atau sekitar 60,2% dari total populasi nasional, menjadikan provinsi ini sebagai sentra utama peternakan domba di Indonesia.