Indonesia Masuk Persaingan Global Drone Kapal Selam
Dengan kemunculan KSOT, Indonesia resmi masuk arena persaingan teknologi bawah laut yang sebelumnya didominasi negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China. Berikut perbandingannya:
Perbandingan KSOT Indonesia dengan Drone Selam Negara Raksasa
1. KSOT Indonesia
- Mampu menyelam hingga 6 bulan.
- Menggunakan sistem baterai yang dapat diisi ulang.
- Dilengkapi senjata torpedo.
- Efektif untuk patroli perairan, pengawasan alur laut, dan misi intelijen.
- Akan diproduksi massal mulai 2026 melalui PT PAL.
Teknologi ini dinilai menjadi lompatan penting karena Indonesia selama ini hanya mengandalkan kapal selam berawak untuk operasi bawah laut.
Baca Juga: Nilai Tukar Petani Jabar Rendah, Fakta Terungkap di Mimbar Sarasehan KTNA 2025 Purwakarta
2. Orca (AS)
Amerika Serikat sedang mengembangkan drone selam ultra besar melalui proyek Ocean Explorer (OEX).
- Fokus pada sensor jarak jauh dan payload modular.
- Menjadi pondasi kekuatan intelijen bawah laut AS.
- Dalam tender hingga Oktober 2025.
- Bagian dari program XLUUV yang digarap Boeing untuk US Navy.
Drone ini dirancang untuk memperkuat operasi AS di Samudra Pasifik dan wilayah strategis global lainnya.
3. Poseidon (Rusia)
Russia menghadirkan drone bawah laut paling kontroversial bernama Poseidon, yang bersifat ofensif.
- Ditempatkan pada kapal selam nuklir Khabarovsk.
- Berkemampuan membawa hulu ledak nuklir.
- Diklaim dapat memicu tsunami radioaktif.
- Masuk kategori senjata strategis penghancur wilayah pesisir lawan.
Teknologi Poseidon lebih bersifat serangan jarak jauh dibanding patroli atau intelijen.
Baca Juga: MK Larang Polisi Aktif Duduki Jabatan Sipil, Istana dan Polri Sepakat Patuh
4. Drone Selam XXL China
China kini menjadi salah satu negara paling agresif dalam pengembangan drone selam raksasa.
- Menguji dua drone selam berukuran 40 meter.
- Berbasis di Hainan.
- Dapat keluar masuk laut menggunakan floating dock tersembunyi.
- Masuk kategori XXLUUV dengan kapasitas membawa senjata lebih banyak.
Dengan ukuran setara kapal selam konvensional, drone ini menunjukkan ambisi besar China menguasai peperangan bawah laut masa depan.
Indonesia Menuju Kekuatan Maritim Modern
Selain KSOT, Indonesia juga terus memperkuat alutsista permukaan, termasuk kedatangan KRI Brawijaya 320, fregat terbesar di Asia Tenggara.
Langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk meningkatkan pertahanan laut RI agar setara dengan negara-negara besar.
Jika produksi massal KSOT berjalan sesuai rencana, Indonesia bisa menjadi salah satu negara Asia yang memiliki armada drone kapal selam modern dalam jumlah signifikan.
KSOT menjadi salah satu inovasi paling strategis dalam sejarah pertahanan laut Indonesia.
Dengan kemampuan menyelam 6 bulan, dilengkapi torpedo, dan siap diproduksi massal di PT PAL, Indonesia semakin percaya diri memasuki arena teknologi drone selam dunia.