PURWAKARTA ONLINE - Bangladesh dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Selatan.
Namun di balik geliat industri garmen, tekstil, dan manufakturnya, tersimpan fakta yang tak bisa diabaikan: ekonomi Bangladesh berdiri di atas fondasi energi batu bara impor, terutama dari Indonesia.
Data perdagangan bilateral 2024 mencatat nilai mencapai USD 2,94 miliar, di mana ekspor batu bara Indonesia mencapai USD 1,05 miliar atau setara 13,2 juta ton.
Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan denyut nadi listrik dan industri Bangladesh.
Baca Juga: Hasil Tes DNA Bareskrim Negatif, Ridwan Kamil Lega: CA Bukan Anak Saya!
Batu Bara sebagai Tulang Punggung Industri
Pabrik-pabrik garmen Bangladesh penopang utama ekspor yang bernilai miliaran dolar—bergantung pada pasokan listrik stabil.
Dan listrik itu, sebagian besar dihasilkan dari pembangkit berbahan bakar batu bara.
Tanpa aliran dari Indonesia, pabrik bisa berhenti, pekerja terancam kehilangan penghasilan, dan ekspor tekstil terganggu.
Sekretaris Power Division Bangladesh, Farzana Mamtaz, menegaskan posisi Indonesia sebagai mitra vital.
"Permintaan energi kami terus meningkat, yang membutuhkan inovasi dalam negeri dan kemitraan internasional yang lebih kuat. Dalam konteks ini, Indonesia berdiri sebagai mitra, negara yang kaya akan sumber daya energi dan keahlian teknologi, serta sahabat terpercaya di Asia," ujarnya.
Baca Juga: Amalia Mutya Viral Lagi di TikTok! Tapi Kok Akun Aslinya Hilang, ke Mana?
Pertemuan Strategis di Yogyakarta
Dalam The First Indonesia-Bangladesh Joint Committee Meeting on Energy yang digelar di Yogyakarta, 22 Agustus 2025, delegasi kedua negara menegaskan pentingnya energi bagi pertumbuhan ekonomi.