Ribuan Guru Madrasah Mengamuk di Monas! Teriakkan Keadilan, Desak Pemerintah Akhiri Diskriminasi!

photo author
- Jumat, 31 Oktober 2025 | 18:05 WIB
Tangkapan layar aksi para guru madrasah terkait tuntutan pengangkatan menjadi ASN atau PPPK.  ((TikTok/paizirawan02))
Tangkapan layar aksi para guru madrasah terkait tuntutan pengangkatan menjadi ASN atau PPPK. ((TikTok/paizirawan02))

Mereka mendesak pemerintah untuk memberikan kuota ASN dan PPPK bagi guru madrasah swasta. “Jumlah madrasah swasta di Indonesia justru paling banyak. Tapi kami malah tak dianggap,” lanjut Heri.

Selain status ASN, para guru juga menyoroti hak-hak administrasi dan tunjangan yang belum dibayar pemerintah.

Empat Tuntutan Utama Guru Madrasah

Dalam aksi damai ini, massa membawa empat tuntutan besar:

  • Terbitkan SK PPPK bagi guru inpassing madrasah swasta.
  • Akui masa kerja inpassing sebagai masa kerja resmi.
  • Bayar tunggakan tunjangan guru inpassing tahun 2012–2014 dan 2018–2019.
  • Terbitkan SK inpassing bagi guru bersertifikat yang belum diakui secara administratif.

Spanduk bertuliskan “Kami Bukan Guru Kelas Dua!” dan “Negeri Ini Berdiri dari Keringat Guru Madrasah!” tampak membentang di depan massa.

Baca Juga: Makna Mendalam di Balik Lirik Lagu “Girimis” – Emka 9: Puisi Alam dan Spirit Sunda yang Menyentuh Hati

Pemerintah Dinilai Tutup Mata

Banyak guru menilai pemerintah seperti menutup mata terhadap jeritan mereka.
Padahal, tanpa guru madrasah, pendidikan berbasis keagamaan di Indonesia bisa lumpuh.

“Kalau guru madrasah mogok, siapa yang akan ajarkan nilai moral dan agama ke anak-anak bangsa?” ujar salah satu orator dari Jawa Timur.

Beberapa peserta aksi bahkan membawa surat pengabdian mereka yang sudah puluhan tahun mengajar tanpa kepastian status.

“Kami ini bukan pengemis. Kami hanya menuntut hak yang seharusnya,” kata seorang guru dari Bima, Nusa Tenggara Barat, dengan mata berkaca-kaca.

Baca Juga: 3 Cara Cerdas Menghitung Kebutuhan Atap Rumah

Gelombang Aksi di Tengah Sorotan Nasional

Aksi ini terjadi di tengah berbagai isu nasional yang mengguncang publik. Mulai dari kasus keracunan massal 695 siswa di Gunungkidul, hingga polemik proyek Kereta Cepat Whoosh yang disebut Mahfud MD sarat kejanggalan dan utang Rp116 triliun.

Namun di Monas, suara guru madrasah tetap paling nyaring: mereka menuntut pengakuan, kesetaraan, dan keadilan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dadan Hamdani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X