“Udara lembap membuat virus dan bakteri lebih mudah berkembang. Apalagi kalau imun menurun, penularan jadi lebih cepat,” katanya.
Ia juga mengingatkan soal leptospirosis, penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari air kencing tikus yang sering mencemari air banjir. Penyakit ini bisa menyerang hati dan ginjal, bahkan berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat.
Untuk itu, ia menegaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir.
“Jangan lupa tetap terapkan protokol kesehatan 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Karena penyakit pernapasan mudah menular di musim hujan,” ujarnya.
Mandi Setelah Kehujanan, Boleh Asal dengan Cara Tepat
Masih banyak orang yang bingung: bolehkah langsung mandi setelah kehujanan?
Menurut Dr. Martin, boleh saja, asal menggunakan air hangat.
“Air hangat membantu tubuh beradaptasi kembali dengan suhu normal dan membuat otot lebih rileks,” jelasnya.
Sebaliknya, mandi dengan air dingin setelah kehujanan justru bisa membuat tubuh lebih lemah.
Ia juga mengingatkan pentingnya membersihkan rambut dan tubuh dengan sabun agar kotoran dan polutan dari air hujan tidak menempel terlalu lama di kulit.
“Bagi yang kulitnya sensitif, air hujan bisa menyebabkan iritasi. Jadi, segera bilas tubuh dan gunakan sabun yang lembut,” tambahnya.
Air Hujan: Berkah atau Bahaya Tersembunyi?
Bagi sebagian orang, air hujan dianggap berkah dan bahkan digunakan sebagai cadangan air bersih. Tapi Dr. Martin menegaskan, hal itu tergantung pada lokasi.
“Kalau di kota besar seperti Jakarta, air hujan mengandung polutan yang bisa berbahaya. Sebaiknya jangan diminum,” tegasnya.